BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Struktur modal berkaitan dengan
jumlah hutang dan modal sendiri yang digunakan untuk membiayai aktiva
perusahaan. Struktur modal yang efektif mampu menciptakan perusahaan dengan
keuangan yang kuat dan stabil. Bersamaan dengan meningkatnya pengetahuan
masyarakat di bidang pasar modal dan tersedianya dana dari para calon investor
yang berminat menginvestasikan modalnya, struktur modal telah menjadi salah
satu faktor pertimbangan yang cukup penting. Hal ini terkait dengan resiko dan
pendapatan yang akan diterima. Dalam melihat struktur modal perusahaan,
investor tidak dapat dipisahkan dari informasi perusahaan berupa laporan
keuangan yang dikeluarkan setiap tahunnya. Para investor akan melakukan
berbagai analisis terkait dengan keputusan untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan melalui informasi yang salah satunya berasal dari laporan keuangan
perusahaan.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apasaja
pendekatan pendekatan secara teoritis yang termasuk dalam struktur modal ?
2.
Apasaja
pendekatan secara konsep dalam penilaian struktur modal ?
3.
Bagaimana
keputusan struktur modal dalam praktik ?
1.3
Tujuan Perumusan Masalah
1.
Mengetahui
pendekatan teoritis apasaja yang termasuk dalam struktur modal.
2.
Mengetahui
pendekatan secara konsep dalam struktur modal.
3.
Mengetahui
bagaimana keputusan struktur modal dalam praktik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan
Teoritis atas Struktur Modal
2.1.1 Pengertian Modal dan
Struktur Modal
Modal
adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang
ditahan atau kelebihan aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh
utangnya (Munawir,2001).
Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu
modal Aktif (Debet) dan modal Pasif (Kredit).
Struktur
Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal
sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang
maupun dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba
ditahan dan bisa juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan.
Struktur Modal merupakan masalah
penting dalam pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan. Untuk
mengukur Struktur Modal tersebut maka dapat digunakan beberapa Teori yang
menjelaskan Struktur Modal dalam suatu Perusahaan.
2.1.2
Teori-teori kapitalisasi
Teori
kapitalisasi terbagi ke dalam dua golongan, yaitu :
1. Berdasarkan
pendapatan atau earning
Niali
suatu perusahaan dapat ditentukan berdasarkan pendapatan yang didapatka setiap
tahunya dikalikan dengan multiplayer tertentu.
2. Berdasarkan
pengeluaran atau cost
Kapitalisasi
perusahaan didasarkan pada cost dari fixed capital yang digunakan dalam suatu
perusahaan.
· Over dan under capitalization
· Over capitalization
Over
capitalization akan terjadi apabila :
1. Earning tidak
cukup besar untuk mendapatkan fair of return dari jumlah modal yang di
investasikan , atau dengan kata lain average rate of return lebih kecil dari
pada fair rate of return.
2. Jumlah nilai
securities yang ada di dalam peredaran lebih besar daripada nilai riil
dibandingkan dengan nilai assetnya.
· Under capitalization
Under
capitalization terjadi apabila :
1. Average rate
of return dari perusahaan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rate
of return dari modal yang diinvestasikan dalam perusahaan yang sejenis lainya.
2. Jumlah nilai
security yang tercantum dalam nereca jauh lebih kecil daripada nilai riil
daripada assetnya.
2.1.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Struktur
Modal
- Tingkat Penjualan
Perusahaan dg
penjualan stabil, cashflow relatif stabil, shg dpt menggunakan hutang relatif
besar
- Struktur Aktiva
Perusahaan dg
aktiva tetap besar (sbg kolateral) dpt menggunakan hutang relatif besar
- Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Semakin cepat
pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi.
- Profitabilitas
Pecking order
theory menyatakan, bahwa urutan pembiayaan ; laba ditahan → hutang → jual
saham baru (utk menghindari pengawasan eksternal)
- Variabel Laba & perlindungan
pajak (tax shield)
Jika
variabilitas laba kecil, besar kemampuan menanggung beban tetap dari hutang.
Penggunaan hutang memberi manfaat perlindungan pajak.
- Skala perusahaan
Perusahaan
besar memiliki akses besar masuk pasar modal, shg ada korelasi positif antara
skala perusahaan dg debt to book value of equity ratio.
- Kondisi intern perusahaan & ekonomi makro
Saat
yg tepat menjual saham/obligasi; tingkat bunga pasar rendah & pasar bursa
sdgbullish (lawan dari bearish)
2.2
Pendekatan-Pendekatan Konsep Penilaian Struktur Modal
1. Teori pendekatan laba bersih ( net
income approach ) NI
Pendekatan ini dapat diasumsikan investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi ( Ko ) yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah utangnya dengan tingkat biaya utang ( Kd ) yang juga konstan. Hal ini juga dapat diartikan karena tingkat kapitalisasi dan tingkat biaya utang konstan atau tetap maka semakin besar jumlah utang perusahaan maka biaya modal rata-rata tertimbang akan semakin kecil
Pendekatan ini dapat diasumsikan investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi ( Ko ) yang konstan dan perusahaan dapat meningkatkan jumlah utangnya dengan tingkat biaya utang ( Kd ) yang juga konstan. Hal ini juga dapat diartikan karena tingkat kapitalisasi dan tingkat biaya utang konstan atau tetap maka semakin besar jumlah utang perusahaan maka biaya modal rata-rata tertimbang akan semakin kecil
2. Teori pendekatan laba operasi bersih ( operating net income approach ) NOI
Teori ini diasumsikan biaya modal rata-rata tertimbang ( Ke ) konstan, berapapun jumlah utang perusahaan tetap. Dalam teori ini para investor mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda
a. Biaya utang konstan sama seperti pendekatan laba bersih
b. Utang perusahaan meningkat, resiko perusahaan ikut meningkat. Oleh karena itu manajemen menuntut agar keuntungan perusahaan jg harus meningkat, konsekuensinya biaya modal rata-rata tertimbang konstan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting
3. Teori pendekatan tradisional
Teori ini diasumsikan bahwa dalam satu leverage tertentu, resiko perusahaan tidak mengalami perubahan ( Kd & Ke konstan ), dan setelah leverage atau resiko utang tertentu biaya utang dan biaya modal sendiri naik atau meningkat. Biaya modal yang besar bahkan lebih besar dari penurunan biaya dikarenakan penggunaan utang yang murah akibatnya biaya modal rata-rata tetimbang yang tadinya menurun, setelah leverage menjadi naik dengan kata lain nilai perusahaan yang awalnya naik menjadi turun akibat dari utang yang semakin besar.
4. Teori pendekatan Modigliani dan Marton Miller ( teori MM )
Teori MM diasumsikan diantaranya:
a. Resiko bisnis perusahaan dapat diukur dengan standar deviasi laba sebelum benga pajak dan pajak ( δEBIT ) dan perusahaan yang memiliki resiko bisnis sama dikatakan berada dalam kelas yang sama
b. Semua investor da n investor potensial memiliki estimasi sama terhadap EBIT perusahaan dimasa datang atau homogeneous expectation tentang laba perusahaan dan tingkat resiko perusahaan.
c. Saham dan oblligasi diperdagangkan dalam pasar modal yang sempurna atau perfect capital market. Kriteria pasar modal yang efisien adalah:
I. Informasi selalu tersedia bagi semua investor ( symmetric information ) dan dapat diperoleh tanpa biaya ;
2.3 Keputusan Struktur Modal dalam Praktik
a). Analisis EBIT – EPS.
• Melalui analisis
ini manajemen dapat melihat dampak dari berbagai alternatif pendanaan terhadap
EPS ( Earning per share ) pada tingkatan EBIT ( Earning Before Interest and Tax
) yang bervariasi. Yang dimaksud dengan EPS adalah laba bersih sesudah pajak
atau Earning After Tax ( EAT ) dibagi jumlah lembar saham perusahaan yang
beredar.
Pada analisis
ini, hubungan antara EBIT dan EPS dapat dicari dengan cara :
1. Menghitung
EPS pada berbagai alternatif pendanaan untuk EBIT tertentu , dan
2. Mengulang
lankah pertama untuk EBIT yang berbeda – beda. Hasilnya kemudian digambarkan
dalam grafik EBIT-EPS.
• Indifference
point memberikan masukan penting bagi manajemen dalam memilih alternatif
pembelanjaan, Jika expected EBIT lebih besar dari indifference point,
perusahaan sebaiknya menggunakan hutang. Jika sebaliknya, menggunakan saham
akan lebih menguntungkan. Perlu dicatat bahwa keputussan ini bisa salah jika
actual EBIT tidak besar yang diharapkan. Oleh karena itu, didalam mengambil
keputusan, manajemen harus memperhatikan juga deviasi standard ( tingkat
variabilitas ) EBIT perusahaan. Expected dan deviasi standard EBIT dapat dicari
dengan mengembangkan sejumlah skenario tentang EBIT dimasa mendatang beserta
dengan probabilita terjadinya. Jika deviasi standard EBIT relatif besar,
manajemen harus lebih hati – hati karena expected EBIT menjadi kurang dapat
dipercaya. Sebaiknya manajemen memutuskan menggunakan hutang hanya bila
ecpected EBIT cukup jauh di atas indifference point.
EAT ( saham )
EAT ( hutang )
= Jumlah saham
Jumlah saham
( EBIT* - C1) (
1 – T ) (EBIT* - C2 ) ( 1 – T)
= S1 S2
Dimana:
EBIT * =
Indifferent point
C1 = Biaya bunga
pada alternatif pembelanjaan 1
C2 = Biaya bunga
pada alternatif pembelanjaan 2
S1 = Jumlah
saham pada alternatif pembelanjaan 1
S2 = Jumlah
saham pada alternatif pembelanjaan 2
T = Tingkat
pajak
b. Perbandingan Rasio – Rasio Leverage
• Tujuan dari
analisis ini adalah untuk menentukan efek dari setiap alternatif pendanaan
terhadap rasio – rasio leverage ( penggunaan hutang ). Manajemen kemudian dapat
membandingkan rasio – rasio yang ada saat ini dan rasio – rasio pada alternatif
pendanaan tertentu dengan rasio – rasio industri sejenis. Rasio Leverage
terdiri dari (1) Rasio Hutang ( debt ratio ), (2) Rasio Jaminan ( coverege
ratio ).
• Rasio hutang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang,
sedangkan rasio jaminan menunjukkan kemampuan untuk membayar bunga dan pokok
pinjamn yang jatuh tempo. Untuk menghitung rasio hutang, manajemen menggunakan
informasi dari neraca. Untuk menghitung rasio jaminan, informasi dari laporang
rugi – laba yang dipergunakan.
Manajemen dapat
menggunakan metoda perhitungan rasio sbb :
1. Rasio Hutang:
a. Total
hutang/Total aktiva
b. Hutang jangka
panjang/ (Hutang jangka panjang + Modal sendiri)
c. Total hutang/
Modal sendiri
2. Rasio
Jaminan:
a. Time interest
earned = EBIT/Biaya bunga
b. Debt service
coverage = EBIT / [ biaya bunga + (pembayaran pokok pinjman/1 – pajak) ]
• Rasio hutang
dan rasio jaminan dapat dihitung berdasarkan : (1) posisi keuangan perusahaan
pada saat ini, (2) posisi keuangan perusahaan dengan alternatif – alternatif
pendanaan yang ada seperti 100 % modal sendiri, 100% hutang dsb. Rasio – rasio
tersebut kemudian dibandingkan dengan rasio indusstri. Dari perbandingan
tersebut, manajemen dapat menentukan alternatif pendanaan yang paling tepat
bagi perusahaan. Hal ini tidak berarti bahwa manajemen harus mempertahankan
rasio yang sama dengan rasio industri. Kegunaan perbandingan rasio dengan rasio
industri adalah jika perusahaan memilih rasio hutang dan rasio jaminan yang
menyimpang dari rasio industri, ia harus memiliki alasan yang kuat.
(c) Analisis Arus Kas Perusahaan
• Metoda ini
menganalisis dampak keputusan struktur modal terhadap arus kas perusahaan.
Metoda ini sederhana tetapi sangat bermanfaat. Metoda ini melibatkan persiapan
suatu seri anggaran kas pada (1)kondisi perekonomian yang berbeda, (2) struktur
modal yang berbedaArus kas bersih pada situasi yang berbeda ini dapat
dianalisis untuk menentukan apakah beban tetap perusahaan ( pokok pinjaman,
bunga, sewa dan dividen saham preferen ) yang dihadapi perusahaan tidak terlalu
tinggi. Ketidak mampuan perusahaan untuk membayar beban tetap bisa
mengakibatkan “ financial insolvency “.
• Gordon
Donaldson dari Harvard University menyarankan bahwa kapasitas beban tetap
perusahaan sebaiknya tergantung pada arus kas bersih perusahaan yang diharapkan
dapat terwujud pada saat perekonomian mengalami resesi. Dengan kata lain,
target struktur modal ditentukan dengan membuat rencana untuk menghadapi “
kondisi terburuk yang mungkin terjadi “.
• Rumus berikut
mendifinisikan CBr, saldo kas yang diharapkan perusahaan pada akhir periode
resesi.
CBr = Co + NCFr
– FC
Dimana:
Co = Saldo ka
pada awal resesi
NCFr = Arus kas
bersih dari operasi selama resesi
FC = Beban tetap
perusahaan
RINGKASAN JURNAL
1. Teori
Struktur Modal : Sebuah Survei
Para kademisi banyak yang berminat
melakukan penelitian mengenai struktur keuangan sehingga menimbulkan teori yang
dikenal dengan Teori Struktur Modal atau Struktur Keuangan dimana teori ini
berakhir kepada nilai perusahaan. Teori dimulai oleh :
- David Duran
pada tahun 1952 yang mengemukakan bahwa perhitungan nilai perusahaan dpat
dilakukan dengan tiga pendekatan. Yaitu : pertama, Pendekatan laba bersih (Net
Profit Approach), pada pendekatan ini biaya modal saham (cost of equity) dan
biaya utang (cost of debt) dianggap konstan sehingga perusahaan dapat
meningkatkan utang.Kedua, pendekatan pendapatan operasi besih (Net Operating
Approach), pendekatan ini agak berbeda dengan pendakatan pertama karena asumsi
yang dipergunakan berbeda dengan asumsi sebelunya. Pada pendekatan ini investor
mempunyai reaksi yang berbeda terhadap perusahaan yang banyak menggunakan
utang. Dalam pendekatan ini biaya utang dan biaya rata-rata modal tetap
sehingga biaya ekuitas mengalami peningkatan sejalan meningkatnya utang
perusahaan karena risiko perusahaan semakin tinggi. Ketiga,pendekatan
tradisional, pendekatan ini sangat banyak dianut oleh para akademisi dan praktisi
karena pada pendekatan ini ditemukan sesuia dengan kenyataan bahwa perusahaan
mempunyai struktur modal yang optimal ketika nilai perusahaan maksimum atau
struktur modal yang membuat biaya rata-rata modal menjadi minimum. Kejadian ini
bisa terjadi karena diasumsikan bahwa risiko perusahaan tidak mengalami
perubahan sampai pada struktur modal tertentu atau pada leverage tertentu.
- Modligiani dan
Miller (1958).
Teori struktur modal ini dikenal
dengan MM-Teori dengan Preposisi I dan II. Preposisi I, nilai perusahaan
merupakan kapitalisasi laba operasi bersih (EBIT) atau laba sebelum bunga dan
pajak dengan tingkat kapitalisasi (ko) yang konstan sesuai dengan tingkat
risiko perusahaan. Nilai perusahan yang tidak mempunyai hutang sama dengan
nilai perusahaan yang mempunyai hutang.
Konsep ini juga memberikan
argumentasi bahwa struktur modal perusahaan tidak mempengaruhi nilai
perusahaan. Disamping itu, biaya modal rata-rata tertimbang sama dengan biaya
ekuitas .
Preposisi II, bahwa biaya ekuitas
untuk perusahaan yang mempunyai hutang kel, merupakan hasil jumlah dari (1)
biaya ekuitas untuk perusahaan yang tidak mempunyai hutang, keu pada perusahaan
yang sama risiko kelas risikonya (2) risiko premium dari size perusahaan yang
tergantung pada selisih antara biaya ekuitas dan biaya hutang serta jumlah
hutang yang digunakan.
Preposisi III, MM-teori membahas
mengenai investasi baru yang dilakukan akan meningkatkan nilai perusahaan.
Artinya, nilai perusahaan harus meningkat minimum sebasar nilai investasi proyek
tersebut.
Selanjutnya ila
ada pajak maka MM-teori menyatakan sebagai berikut :
Preposisi I,
nilai perusahaan akan meningkat sebesar pajak yang ditabung.
Preposisi II,
biaya ekuitas hutang akan meningkat sebesar hutang digunakan tetapi biaya
ekuitas ini lebih keil dari ibaya ekuitas dengan tidak ada pajak. Artinya,
pajak memberikan pengaruh pengurangan terhadap biaya ekuitas perusahaan.
Preposisi III,
bahwa tingkat pengembalian internal dari proyek investasi yang dilakukan harus
lebih besar dari biaya ekuitas dikurangi porsi pajak atas biaya ekuitas
penggunaan dana.
- Pecking order
theory diperkenalkan oleh Gordon Donaldson pada tahun 1961, bahwa perusahaan
mempunyai urutan dalam pembiayaan yang dimulai dengan urutan laba ditahan,
hutang kepada pihak ketiga baik dengan loan atau menjual obligasi dan terakhir
dengan mengeluarkan saham baru. Urutan pembiayaan tersebut merupakan urutan
berdasarkan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan dan biaya ekuitas merupakan
biaya yang tertinggi.
- Stiglilitz (1961),
haugen dan Papas (1971) dan Rubenstein membahas teori struktur modal yang kenal
dengan Trede-off Models,
Ini merupakan kritikan paling besar
terhadap MM-teori mengenai adanya financial distress diakibatkan meningkatnya
hutang perusahaan. Perusahaan yang terus meningkatkan hutang akan membayar
bunga yang semakin besar dan kemungkinan penurunan laba bersih perusahaan
semakin besar dan akan membawa kepada kesulitan keuangan dan akibatnya akan
menimbulkan biaya financial distress dan menuju kebangkrutan dan akhirnya juga
menimbulkan biaya kebangkrutan.
- Leland dan
Pyle (1977) mengemukakan bahwa adanya asymetris informasi antara pemegang saham
perusahaan dan dewan direksi (termasuk manajer perusahaan) mengenai keadaan
perusahaan dan dewan direksi memberikan corporate action kepada pihak luar atau
investor dan tindakan tersebut merupakan signal kepada pihak lai. Tidak
benarnya harga saham di bursa juga merupakan adanya perbedaan informasi antara
investor dengan manajer yang menjalankan perusahaan, sehingga semakin lama
dapat menimulkan kinerja pasar dapat memburuk.
Dalam kaitan bahwa adanya informasi
asymetris maka Myers dan Majluf (1984) menguraikan mengenai asymetris informasi
tersebut. Ada tiga hal yang harus dipilih mengenai tujuan manajemen pada posisiinformasi
asymetris yaitu : (i) manajemen bertindak atas keinginan seluruh pemegang saham
dan menghilangkan setiap konflik kepentingan antara pemegang saham dan
menghilangkan setiap konflik kepentingan antara pemegang saham lama dan baru,
(ii) Manajemen bertindak atas kepentingan pemegang saham lama dan diasumsikan
pemegang saham tersebut pasif, (iii) Manajemen bertindak atas kepentinan
pemegang saham lama tetapi diasumsikan bawa pemegang saham tersebut
menyeimbangkan secara rasional portofolionya sesuai dengan yang diperoleh dari
tindakan perusahaan.
- Jensen dan
Meckling (1986) disingkat dengan JM mengemukakan teori agency dan sekaligus
mengintegrasikan dengan teori property right dan pengembangan teori struktur
kepemilikan perusahaan. Dalam teori agency ini diuraikan mengenai adanya
hubungan antara pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan. JM
menguraikan adanya konflik antara principal dan agent yang dapat dikategorikan
ke dalam tiga hal yaitu konflik antara pemegang saham (principal) dengan agent
( dewan direksi) dan konflik antara pemegang obligasi (principal) dengan agen
(dewan direksi dan pemilik perusahaan) serta konflik antara produsen dan
konsumen.
- Zwibel (1996)
mengemukakan teori struktur keuangan dinamis untuk mempertahankan manajemen
menyatakan bahwa nilai valuasi dan kesempatan investasi yang baik akan
memfasilitasi pembiayaan secara ekuitas tetapi mengizinkan manajer membuat
struktur kapital untuk dipertahankan pada waktu yang sama. Disamping itu, ada
kemungkinan menolak untuk menggunakan hutang dalam rangka menyeimbangkan
struktur kapital di kemudian hari. Kebijakan strukutur kapital dikoordinasikan
dengan dividen yang diikuti secara alaiah sehingga membuat implikasi terhadap
level, frekuensi, jauh tempo struktur hutang yang merupakan fungsi dari
kesempatan investasi di luar perusahaan.
2. Simultanitas
Keputusan Dividen dan Struktur Modal : Suatu Tinjauan Teoritik
Tulisan ini mengarahkan pada isu
mengapa simultanitas keputusan dividen dan struktur modal terjadi pada
perusahaan dengan karakter low growth dan no blockholder. Isu ini didasari oleh
hasil studi Noronha, et al (1996) yang berargumentasi bahwa pada karakter
tersebut, penyebaran struktur kepemilikan akan membuat tuntutan pembayaran
dividen semakin besar. Selanjutnya, pembayaran dividen secara simultan akan
membuat perusahaan meningkat hutang guna mempertahankan struktur modal optimal.
Motivasi tulisan ini diawali dengan
adanya perluasan literatur tentang keagenan pada pengujian empirik secara umum
mendukung pendapat Easterbrook (Rozeff, 1982; Dempsey and Laber, 1992;
Crutchley and Hansen, 1989; hansen, et. Al. 1994; Hartono, 1998a dan 1998b).
meskipun berbagai penelitian tersebut secara tidak langsung telah
mengindikasikan adanya simultanitas antara dividen dan struktur modal, tetapi
penelitian-penelitian tersebut belum melakukan pengujian empirik berdasarkan
karakteristik khusus perusahaan berkaitan dengan tingkat pertumbuhan dan
kehadiran blockholder.
Selanjutnya tulisan ini bermaksud
menjelaskan dasar teoritik terjadinya permasalahan keagenan dan keterkaitannya
dengan simultanitas dividen dan struktur modal, kondisi pendukung terjadinya
simultanitas tersebut serta beberapa implikasi bagi para peneliti dan praktisi
yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.
Hasil dari penelitian jurnal ini
adalah : bahwa simultanitas dividen dan struktur modal dapat meminimumkan biaya
keagenan oleh karena dividen dan hutang akan meningkatkan pendanaan eksternal
perusahaan. Dengan meningkatnya pendanaan eksternal maka aktivitas pengawasan
terhadap manajemen akan meningkat sebab sekarang tidak hanya ada aktifitas
pengawasan pemegang saham tetapi juga ada aktivitas pengawasan dari pasar
modal.
3. Pengaruh
struktur modal terhadap nilai saham
Dalam tulisan ini akan menjelaskan
mengenai saham, pasar modal yang efisien, struktur modl pada pasar modal
sempurna dan tidak ada pajak, pasar modal sempurna dan ada pajak, extreme
leverage, dan personal tax yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil dari jurnal ini adalah bahwa
teori struktur modal menjelaskan hubungan tersedianya sumber-sumber dana biaya
modal yang berlainan dengan perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan
dan biaya modal. Khususnya untuk nilai perusahaan, besar kecilnya nilai
perusahaan di dalam lingkup [erekonomian masyarakat tercermin jelas dari harga
saham yang dikeluarkan.
Komponen struktur modal perusahaan
antara lain dapat terdiri dari hutang jangka panjang maupun modal sendiri. Di
dalam menganalisis struktur modal dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan
yaitu analisis struktur modal pada pasar modal sempurna dan tidak ada pajak
melalui pendekatan tradisional dan pendekatan modigliani dan Miller, pasar
modal sempurna dan ada pajak, extreme leverage, dan pendekatan personal tax.
Faktor-faktor yang menentukan
pemilihan struktur modal antara lain : lokasi distribusi keuntungan, stabilitas
penujalan dan keuntungan, kebijakan dividen, pengembalian, dan risiko
kebangkrutan. Struktur modal dikatakan optimal adalah struktur modal dimana
biaya marginal riil baik berupa biaya eksplisit maupun implisit dari
masing-masing sumber pembelanjaan adalah sama. Metode yang digunakan seorang
fund manajer seperti EBIT, analisa per-potongan, aliran kas, perbandingan rasio
struktur modal, dan regresi.
4. Penentuan
Struktur Modal Untuk Mencapai Biaya Modal Minimum dan Pengaruhnya Terhadap
Nilai Perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh
Gemmil pada tahun 2001 yang meneliti tentang hubungan Capital Structure dan
Firm Value dikaitkan dengan Split-Capital Closed-End fund di UK menemukan
beberapa hal, yaitu sebagai berikut :
- Dari penggunan
Split-Capital Closed-End Fund menemukan bahwa “Financial engineering” dari
liabilitas perusahaan dapat menambah nilai perusahaan. Penambahan nilai kurang
lebih 10%.
- Prime atau
score split menjadi dividen dan modal (capital) secara signifikan dapat
menambah nilai perusahaan sebesar 1,3%.
- Pemerolehan
nilai perusahaan yang lebih besar adalah berasal dari pemberian hutang pada
fund’s return yaitu dengan zero-devidend preference share yang memanfaatkan
cara tax-advantage.
- Pemerolehan 5%
lainnya yang lebih besar terhadap nilai perusahaan, juga didapatkan dari
pengurangan discount terhadap dana yang mendekati wind-up date.
Berdasarkan pada latar belakang
masalah tersebut dan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Gemmil, maka
pada artikel ini akan membahas tentang kebijakan penentuan struktur modal untuk
mencapai biaya modal minimum, dan dampak struktur modal terhadap biaya modal
dan nilai perusahaan.
Hasil dari penelitian dalam jurnal
ini dengan menggunakan simulasi priyeksi kebutuhan modal terhadap beberapa
alternatif pilihan Leverage Factor (0%, 22,33%, dan 45%) menemukan bahwa
struktur modal dengan hutang yang lebih besar akan memberikan kontribusi
positif terhadap penurunan biaya modal, dan dalam meningkatkan nilai pasar
perusahaan.
5. Kebijakan
Struktur Modal : Pengujian Tradeoff Theory dan Pecking Order Theory ( Studi
pada Perusahaan manufaktur yang tercatat di BEJ)
Penelitian Setyawan dan Hartono
(2001) menyimpulkan bahwa equity agency cost tidak signifikan mempengaruhi
stimultancy of dividen dan keputusan struktur modal, hal ini mengindikasikan
tidak berlakunya tredeoff theory. Hasil lain diperoleh karena tingginya
dominasi family management maka memiliki kecenderungan membayar sedikit deviden
dan lebih suka mempergunakan dana internal untuk reinvestasi. Hal ini
mengindikasikan berlakunya pecking order theory.
Penelitian di Indonesia dengan
sampel yang listing di BEJ mengenai struktur modal juga terdapat inkonsistensi
hasil temuan. Penelitian model Griner and Gordon (1995) yang dilakukan Sartono
(2001) menyimpulkan tidak diperolehnya petunjuk secara tegas adanya pecking
order theory. Tetapi juga diperoleh indikasi berlakunya penggunaan sumber
pendanaan berdasarkan tingkat risiko, dimana hal tersebut juga mengindikasikan
berlakunya pecking order theory. Riset lain yang dilakukan Sartono (2001)
mempergunakan model Kamath (1997) dengan questionaires model menyimpulkan bahwa
manajer di Indonesia memiliki kecenderungan memilih pembelanjaan secara hirarki
atau pecking order thery daripada target struktur modal dalam keputusan
pembelanjaan. Manajer lebih suka menggunakan sumber pembelanjaan yang penting
untuk investasi baru adalah dengan retained earning atau laba ditahan.
Berdasarkan permasalahan dan
beberapa temuan empiris yang beragam serta belum ditemukannya konsistensi dalam
pengujian tradeoff theory dan pecking order theory, maka hipotesis yang
rumuskan adalah :
Hipotesis :
Pecking Order Theory mampu menjelaskan kebijakan struktur modal dibandingkan
dengan tradeoff theory pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ.
Berdasarkan
hasil dan pembahasan jurnal ini dapat dismpulkan :
- Dengan
melakukan pengujian secara sendiri-sendiri maka model pecking order theory
maupun a target adjustment tradeoff theory sama-sama memiliki kemampuan dalam
menjelaskan perubahan struktur modal yang diproksikan dari perubahan hutang
jangka panjan.
- Model prediksi
pecking order theoru lebih mampu menjelaskan perubahan struktur modal
dibandingkan dengan model a target adjustment tradeoff theory, baik pengujian
dilakukan sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
- Setelah
memasukkan variabel size yang diproksi dari total aktiva terlihat bahwa
perubahan struktur modal lebih mampu dijelaskan oleh model pecking order theory
daripada dengan model a target adjustment tradeoff theory.
ada paper sumbernya gak mas? trims
BalasHapusDisini juga ada artikel tentang makalah "teori struktur modal" berikut link nya
BalasHapushttp://catatanblogdian.blogspot.co.id/2016/12/manajemen-keuangan-teori-struktur-modal.html
terima kasih
semoga bermanfaat
udah gak tersedia
Hapus