Senin, 02 Juni 2014

Kebijakan Dividen (Dividen Policy)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
            Untuk memenuhi salah satu tugas kuliah, maka penyusun membuat makalah ini dengan tema kebijakan deviden. Makalah ini penyusun beri judul KEBIJAKAN DEVIDEN.
Alasan mengapa penyusun memilih kebijakan deviden dalam tema makalah ini, karena penyusun ingin mengetahui lebih dalam tentang kebijakan deviden. Dalam makalah ini, penyusun membahas mengenai pengertian kebijakan deviden, factor yang mempengaruhi kebijakan deviden, pendapat tentang kebijakan deviden, macam-macam kebijakan deviden, kebijakan stock deviden, kebijakan stock splits, kebijakan reverse dplits, dan rumus-rumus yang digunakan.
Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.


1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa saja konsep dari kebijakan Dividen?
2.      Apa saja teori-teori dalam kebijakan Dividen?
3.      Bagaimana bentuk-bentuk kebijakan Dividen?


1.3 Tujuan perumusan masalah
1.      Mengetahui apa saja konsep dari kebijakan Dividen.
2.      Mengetahui macam macam teori dari kebijakan Dividen.
3.      Mengetahui bentuk-bentuk kebijakan Dividen.



BAB II
KONSEP KEBIJAKAN DEVIDEN

2.1     Pengertian Kebijakan Deviden
Pengertian kebijakan dividen menurut Agus Sartono menyatakan bahwa : “Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang”.
Sedangkan pengertian kebijakan dividen menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti menyatakan bahwa : “Kebijakan dividen adalah kebijakan yang menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham, pada dasarnya laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali”.
Laba ditahan (retained earning) dengan demikian merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau “equity investors”.
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana interen atauinternal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana interen akan semakin besar. 


2.2     Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan diantaranya adalah sebagai berikut :
1.   Kebutuhan Dana Untuk Membayar Utang
Apabila suatu perusahaan akan memperoleh utang baru atau menjual obligasi untuk membiayai perusahaan, sebelumnya harus sudah direncanakan bagaimana caranya untuk membayar kembali utang tersebut. Utang dapat dilunasi pada hari jatuhnya dengan mengganti utang tersebut dengan utang baru. Atau alternatif lain ialah perusahaan harus menyediakan dana sendiri yang berasal dari keuntungan untuk melunasi utang tersebut. 
Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, ini berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atauearning yang dibayarkan sebagai dividen. Dengan kata lain perusahaan harus menetapkan dividend payout ratio yang rendah.



2.   Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan profitable akan memerlukan dana yang cukup besar untuk membiayai investasinya, oleh karena itu mungkin akan kurang likuid karena dana yang diperoleh lebih banyak diinvestasikan pada aktiva tetap dan aktiva lancar yang permanen. Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana. Keputusan investasi akan menentukan tingkat ekspansi dan kebutuhan dana perusahaan, sementara itu keputusan pembelanjaan akan menentukan pemilihan sumber dana untuk membiayai investasi tersebut.
3.   Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk menahan earning nya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan makin besar dana yang dibutuhkan, makin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan, makin besar bagian dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, yang ini berarti makin rendah dividend payout rationya.
Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga perusahaan telah well established, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana eksteren lainnya, maka keadaannya adalah berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan dividend payout ratio yang tinggi.         
4.   Keadaan Pemegang Saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golonganhigh tax dan lebih suka memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat mempertahankan dividend payout ratioyang rendah. Dengan dividend payout ratio yang rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempaan investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.
5.   Pembatasan Hukum, Pembatasan hukum tertentu bisa membatasi jumlah dividen yang bisa dibayarkan perusahaan.
Menurut Arthur J Keown, at al menyatakan bahwa batasan hukum yaitu  Pembatasan menurut Undang-Undang, dapat mengahalangi perusahaan dalam membayar dividen.

6.   Pengawasan Terhadap Perusahaan
Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya dengan dana yang berasal dari sumber interen saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil penjualan saham baru akan melemahkan control dari kelompok dominan di dalam perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dengan uang akan memperbesar risiko financialnya. Mempercayakan pada pembelanjaan interen dalam usaha mempertahankan control terhadap perusahaan, berarti mengurangi dividen payout ratio nya. 

\\
BAB III
TEORI-TEORI KEBIJAKAN DIVIDEN

            Dalam dunia keuangan, pada dasarnya terdapat 3 konsep tentang kebijakan dividen, yaitu:irrelevance theory, bird in the hand theory, dan tax preference theory.
3.1 Irrelevance theory
Irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun terhadap biaya modalnya. Menurut teori ini, kebijakan dividen tidak mempengaruhi harga saham ataupun cost of capitalperusahaan. Oleh karena itu, kebijakan dividen menjadi tidak relevan (irrelevant). Teori ini dikembangkan oleh Miller dan Modigliani (1961), yang menyatakan bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh expected earnings dan risiko perusahaan. Nilai perusahaan hanya tergantung pada laba yang diekspektasikan dari aktiva, bukan dari pemisahan laba menjadi dividen dan laba ditahan. Teori ini menganggap bahwa kebijakan dividen tidak membawa dampak apa-apa bagi nilai perusahaan. Jadi, peningkatan atau penurunan dividen oleh perusahaan tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan. 
3.2 Bird in the hand theory
Teori dari Lintner (1962), Gordon (1963), dan Bhattacharya (1979) menjelaskan bahwa investor menyukai pendapatan dividen yang tinggi karena pendapatan dividen yang diterima seperti burung di tangan (bird in the hand) yang mempunyai nilai yang lebih tinggi dan risiko yang kecil daripada pendapatan modal (bird in the bush) karena dividen lebih pasti dari pendapatan modal. Teori ini juga berpendapat bahwa investor menyukai dividen karena kas di tangan lebih bernilai daripada kekayaan dalam bentuk lain. Konsekuensinya, harga saham perusahaan akan sangat ditentukan oleh besarnya dividen yang dibagikan. Peningkatan dividen akan meningkatkan harga saham yang akan berdampak pula pada nilai perusahaan.



3.3 Teori Dividen Residual (Residual Theory of Dividends)
Menurut teori dividen residual, perusahaan menetapkan kebijakan dividen setelah semua investasi yang menguntungkan habis dibiayai. Dengan kata lain, dividen yang dibayarkan merupakan ‘sisa’ (residual) setelah semua usulan investasi yang menguntungkan habis dibiayai.


BAB IV
BENTUK-BENTUK KEBIJAKAN DIVIDEN

Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan bentuknya bisa bermacam-macam. Menurut Bambang Riyanto (2001:269) menyatakan bahwa ada macam-macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan antara lain sebagai berikut :

4.1    Kebijakan dividen yang stabil
Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham setiap tahunnya berfluktuasi.

4.2   Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut.
4.3    Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan
Jenis kebijakan dividen yang ketiga adalah penetapan dividend payout ratioyang konstan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividen payout ratio yang konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.
4.4   Kebijakan dividen yang fleksibel
Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan dividen payout ratio yang fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi financial dan kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan.



BAB V
PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP ASSET PEMEGANG SAHAM

Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba sebagai deviden atau menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan (laba ditahan). Dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham tergantung kepada kebijakan masing-masing perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih serius dari manajemen perusahaan. Konsekuensinya, tugas manajer keuangan dituntut untuk bisa menentukan kebijakan dividen yang optimal, yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang. Oleh karena itu, dalam menentukan kebijakan dividen perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Berdasarkan pada pemikiran di atas, penulis mencoba untuk melakukan penelitian dalam skripsi yang berjudul â Analisis Faktor-faktor Kebijakan Dividen dan Pengaruhnya Terhadap Harga Sahamâ . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor kebijakan dividen yang meliputi posisi solvabilitas, posisi likuiditas, tingkat keuntungan (ROA), dan ukuran perusahaan baik secara simultan maupun parsial terhadap nilai perusahaan yang tercermin pada harga pasar saham perusahaan pada sektor industri perbankan tahun 2003. Dalam penelitian ini unit observasi yang digunakan adalah 19 perusahaan pada sektor industri perbankan yang sudah go public atau sudah terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Berdasarkan pengujian secara simultan, faktor-faktor kebijakan dividen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga pasar saham perusahaan dengan nilai koefisien determinasi sebesar 44.02%. Berdasarkan pengujian secara parsial, hanya terdapat faktor kebijakan dividen yang berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham perusahaan, yaitu tingkat keutungan (ROA). Sedangkan tiga faktor kebijakan dividen lainnya, yaitu posisi solvabilitas, posisi likuiditas, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham perusahaan.



BAB VI
BEBERAPA ASPEK DALAM KEBIJAKAN DIVIDEN

DEVIDEN SAHAM (STOCK DIVIDEND)         
Dengan dilakukannya stock dividend, maka tidak terjadi cash outflows, tetapi hanya transaksi pembukuan guna memindahkan sejumlah uang dari perkiraan laba yang ditahan kepada perkiraan modal saham biasa yang disetor. Stock dividend adalah pembayaran tambahan saham kepada para pemegang saham, dan menunjukkan penyusunan kembali modal perusahaan, sedangkan proporsi kepemilikan pemegang saham, tetap tidak berubah.                     
Contoh:
PT Abadi memiliki struktur modal sebagai berikut:   
Saham biasa (nominal Rp 1000 ; 3 000 000 lembar) Rp 3 000 000 000 Capital surplus 1 500 000 000 Laba ditahan 7 500 000 000 Modal sendiri 12 000 000 000 Perusahaan menentukan stock dividend sebesar 10%. Harga pasar saham Rp 4.000,- Bagaimanakah komposisi modal sendiri setelah stock dividend?            
Jawab:
Stock dividend 10%, maka ada tambahan saham sebanyak 10% x 3 000 000 = 300 000
lembar.
Stock deviden = 300 000 x Rp 4.000,- = Rp 1.200.000.000,- ditransfer dari laba ditahan ke saham biasa dan capital surplus.            
Nilai nominal saham tidak berubah, maka 300000 lbr x Rp 1000 = Rp 300.000.000, ditransfer ke modal saham biasa, sisanya Rp 1 200 000 000,- – Rp 300 000 000,- = Rp 900 000 000,- dimasukkan dalam capital surplus, sehingga total modal sendiri tidak berubah. Setelah stock dividend maka komposisi modal sendiri PT Abadi :     
Saham biasa (nominal Rp 1000 ; 3 300 000 lembar) Rp 3 300 000 000         
Capital surplus 2 400 000 000            
Laba ditahan 6 300 000 000   
Modal sendiri 12 000 000 000            
Stock dividend meningkatkan jumlah saham yang beredar, sehingga laba per saham (EPS) akan menurun secara proporsional. Jadi para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham yang bertambah, tetapi mempunyai EPS yang berkurang, sehingga proporsi keuntungan totalnya tetap tidak berubah. Pembagian stock dividen akan menurunkan harga saham sehingga tidak memberikan manfaat ekonomis, kalau kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba tidak berubah, demikian juga dengan biaya modalnya.    
Bagaimanapun, harga saham akan dipengaruhi oleh kemampuan memperoleh laba  dan resiko       perusahaan (yang tercermin dalam biaya modalnya). Kedua factor tersebut      tidak bisadimanipulasi oleh manajer keuangan. Manajer keuangan tidak bisa menyebabkan pemegang saham menjadi lebih kaya hanya karena memutuskan untuk membagikan stock dividend. Umumnya perusahaan memutuskan untuk membagikan stock dividend, karena mereka memerlukan dana tersebut, dan tidak ingin mengecewakan pemegang saham.        

PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT)           
Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil. Pemecahan saham lama ini menjadi beberapa saham baru, akan menyebabkan jumlah saham yang beredar bertambah. Tujuan stock split adalah untuk menempatkan harga pasar saham dalam trading range tertentu.           
Contoh:
PT Abadi menentukan stock split dari satu menjadi dua saham. Komposisi modal sendiri   
perusahaan adalah sebagai berikut:     
Saham biasa (nominal Rp 5000 ; 600 000 lembar) Rp 3.000 juta       
Capital surplus Rp 1.500 juta  
Laba ditahan Rp 7.500 juta    Modal sendiri Rp12.000 juta  
Setelah stock split, komposisi modal sendiri menjadi:            
Saham biasa (nominal Rp 2500 ; 1 200 000 lembar) Rp 3.000 juta    
Capital surplus Rp 1.500 juta  
Laba ditahan Rp 7.500 juta    Modal sendiri Rp12.000 juta  
Setelah stock split, nilai nominal saham menjadi ½ X Rp 5 000 = Rp 2500 per lembar. Investor yang semula memiliki 100 lembar saham setelah stock split jumlah saha, yang dimilikinya menjadi 2 X 100 lembar = 200 lembar, meskipun total nilainya tidak mengalami perubahan. Kekayaan investor tidak berubah, sehingga tidak ada keuntungan ekonomis yang diperolehnya dari stock split.
Jadi ada persamaan antara Stock Devidend dan Stock Split, yaitu:  
1. Tidak ada pendistribusian kas dalam kedua bentuk itu.     
2. Mengakibatan jumlah lembar saham yang beredar meningkat.      
3. Total modal sendiri (net worth) tidak berubah, tetapi hanya          
komposisinya saja yang berubah.

PEMBELIAN KEMBALI SAHAM (REPURCHASE OF STOCK)     
Sebagai akternatif pemberian deviden berupa uang tunai, perusahaan dapat mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham dengan cara membeli kembali saham perusahaan (repurchasing stock). Saham yang dibeli kembali itu akan dibukukan sebagai perkiraan Treasury Stock. Dengan dibelinya kembali sebagian saham, maka jumlah saham yang beredar akan berkurang, bila diasumsikan pembelian kembali saham ini tidak memberi pengaruh negative terhadap keuntungan perusahaan, maka EPS akan meningkat, yang akan, meningkatkan harga pasar saham. Kenaikan harga pasar saham itu akan memberikan capital gains sebagai ganti deviden kepada para pemegang sahamnya.
Contoh: PT Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur yang memproduksi produk-produk perlengkapan busana wanita dan pria. Pada tahun 2005 memperoleh laba sebesar Rp 550 juta dan 50% dari jumlah tersebut akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk pembelian kembali saham. Jumlah saham yang beredar saat ini adalah sebanyak 1.100.000 lembar dengan harga pasar sebesar Rp 2.500,- per lembar saham. Manajer keuangan saat ini menawarkan kepada mereka yang mau menjual kembali saham biasa yang dimilikinya seharga Rp 2.750,- jadi seolaholah menawarkan cash dividend Rp 250 per lembar saham. Berdasarkan data tersebut,
carilah:
a. laba per saham dan P/E Ratio sebelum kebijakan pembelian kembali saham        
b. laba per saham setelah kebijakan pembelian kembali saham          
c. harga saham setelah kebijakan pembelian kembali saham dengan asumsi P/E      
Ratio konstan.
Jawab:
EAT = 550 juta           Payout Ratio 50%      
Outstanding share = 1,1 juta  
P saham = Rp 2500 / lembar  
P treasury stock = Rp 2750 / lembar  
a. Sebelum kebijakan pembelian saham:        
EPS = Rp.550,- juta / 1,1 juta = Rp 500 /lembar       
Price <- PER = 2500 / 500 = 5           
EPS
b. Setelah kebijakan pembalian kembali saham:        
EAT untuk treasury stock = ½ x Rp.550,- juta = Rp.275,- juta                    
Jumlah saham yang dapat ditarik kembali = 275 juta / 2750 = 100 ribu lembar        
EPS = Rp.550,- juta / 1 juta = Rp 550,- / lembar       
c. P saham = PER X EPS =   
= 5 x Rp 550,- = Rp 2.750,-

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan


            Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden yaitu posisi likuiditas perusahaan, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat pertumbuhan perusahaan, pengawasan terhadap perusahaan, kemampuan meminjam, tingkat keuntungan, stabilitas return, dan akses kepasar modal. Pendapat tentang kebijakan deviden yaitu pendapat tentang ketidakrelevanan deviden (irrelevant theory) dan Pendapat tentang relevansi deviden (relevant theory). Macam-macam kebijakan deviden yaitu kebijakan deviden yang stabil, kebijakan deviden dengan penetapan jumlah deviden minimal ditambah jumlah ekstra tertentu, kebijakan deviden dengan penetapan deviden payout ratio yang konstan, dan kebijakan deviden yang stabil.




          JURNAL KEBIJAKAN DIVIDEN

Analisis Pengaruh ROI, Cash Ratio, DER dan EPS Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008

ABSTRAK
            Kebijakan dividen adalah suatu keputusan manajemen apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham atau di reinvestasikan kembali oleh pihak manajemen. Penetapan kebijakan dividen dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor financial dan faktor nonfinancial, dan pada penelitian ini lebih memfokuskan pada aspek financial yang secara langsung menggambarkan keadaan suatu perusahaan.
            Tujuan penelitian ini adalah, untuk mengatahui pengaruh komponen ROI, CR, DER, dan EPS terhadap kebijakan dividen yaitu DPR secara simultan, dan secara parsial dan untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan mempengaruhi DPR. Pengambilan sampel pada penelitian menggunakan non probability sampling. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regersi berganda (Multiple Linear Regression).
            Berdasarkan Uji F diperoleh hasil bahwa variabel ROI, CR, DER dan EPS berpengaruh secara signifikan terhadap DPR, dan dengan menggunakan Uji t maka di peroleh hasil bahwa variabel yang berpengaruh secara parsial adalah variabel DER, dan yang berpengruh dominan terhadap kebijakan dividen adalah DER dengan menyumbangkan sebesar 0.288%. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Nirwanasari (2007), dan menyangkal penelitian yang dilakukan oleh Risnawati (2008). Berdasarkan teori Brigham dan Houston mengatakan bahwa dividen hanya dapat dibagikan dengan uang kas sehingga kekurangan uang kas dapat membatasi pembagian dividen.
Kata Kunci: ROI (Return on Investment), CS (Cash Ratio), DER (Debt to Equty Ratio), EPS (Earning per Share) dan DPR (Dividen Payout Ratio).


PENDAHULUAN
            Didirikan sebuah perusahaan adalah bertujuan untuk memperoleh keuntungan semaksimal mungkin. Keuntungan sebuah perusahaan yang telah dicapai akan disajikan dalam sebuah laporan keuangan yang akan dipublikasikan kepada masyarakat luas. Laporan keuangan yang disajikan berguna untuk melaporkan posisi keuangan perusahaan selama satu periode kepada masyarakat, dimana direksi mempertanggung jawabkan pencatatan jumlah keuntungan yang telah dipublikasikan.
            Tujuan dari seorang investor menanamkan modal pada suatu perusahaan adalah untuk memperolah tingkat pengembalian (Return). Pembagian dividen dalam bentuk tunai lebih banyak diinginkan oleh para investor daripada dalam bentuk lainnya, karena pembayaran dividen dalam bentuk tunai akan membantu mengurangi ketidakpastian investor dalam aktivitas investasinya pada sebuah perusahaan. Dividen yang dibayarkan dalam bentuk tunai disebut juga dengan Cash Dividend.
            Dividen yang dibayar kepada pemegang saham tergantung kepada kebijakan masing – masing perusahaan sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih matang dari pihak manajemen perusahaan. Indikator kebijakan dividen adalah Dividend Payout Ratio dan Dividend Yield. Dalam penelitian ini penulis menggunakan Dividend Payout Ratio sebagai indikator.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ROI, Cash Ratio, DER, dan EPS secara simultan dan secara parsial terhadap kebijakan dividen perusahaan yaitu DPR, dan untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan berpengaruh terhadap DPR.

KERANGKA TEORITIS
            Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang sangat penting yang melibatkan dua pihak yaitu pihak pertama adalah investor dan pihak kedua adalah perusahaan itu sendiri. Dividen dapat di artikan sebagai pembayaran kepada pihak pemegang saham oleh pihak perusahaan atas keuntungan yang di peroleh perusahaan selama satu periode. Kebijakan dividen merupakan keputusan yang menyangkut penentuan besarnya bagian keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham, yang dihitung dari rasio besarnya laba yang dibagikan sebagai dividen terhadap besarnya laba yang diperoleh (Dividend Payout).
Faktor –faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dibagi menjdai dua bagian yaitu faktor internal/financial yaitu seperti tingakat laba, kemampuan untuk meminjam, kemampuan untuk membayar hutang, dan faktor eksternal/non financial  yaitu seperti akses ke pasar modal, perturan pajak dan perundangan yang berlaku di suatu negara.
Menurut Sartono, Agus terdapat beberapa teori kebijakan dividen yaitu:
1.      Teori Dividen Adalah tidak Relevan
Modigliani-Miller (MM) berpendapat  bahwa di dalam kondisi bahwa keputusan investasi yang given, pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. Lebih lanjut lagi MM berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan olehearning power dari asset perusahaan. Dengan demikian perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi
2.      Teori Bidr-in-the Hand Theory
Salah satu asumsi dalam pendekatan MM ini adalah bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor.
3.      Tax Differential Theory
Teori ini berpendapat bahwa karena dividen cendrung dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada capital again,maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividend yield yang tinggi.
4.      Information Content Hypothesis
Pada teori ini berpendapat berdasarkan kenyataan bahwa manajemen cendrung memiliki informasi yang lebih baik tentang prospek perusahaan dibandingkan dengan investor.
5.      Clientile Effectskepentingan
Terdapat banyak kelompok investor dengan berbagai. Disatu pihak, terdapat investor yang lebih menyukai memperoleh pendapatan saat ini dalam bentuk dividen, dipihak lain terdapat investor yang lebih menyukai untuk menginvestasikan kembali pendapatan mereka karena kelompok investor ini berada dalam tarif pajak cukup tinggi.
Pada penelitian ini menggunakan aspek Financial perusahaan yang meliputi.
1.      Rasio profitabilitas yaitu berguna untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungan dengan penjualan, assets maupun laba bagi modal sendiri, yang diukur dengan menggunakan ROI yang diperoleh dari perbandingan antara laba bersih setelah pajak dan aktiva lancar.
2.      Rasio likuiditas, menunjukan kemampuan untuk membayar kewajiban financial jangka pendek tepat pada waktunya, yang diukur dengan menggunakan Cash Ratio yang diperoleh dari perbandingan antara kas dan setara kas dan kewajiban lancar.
3.      Rasio Leverage/Hutang yaitu rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya kepada kreditur yang dapat dihitung dengan menggunakan DER (Debt To  Equity Ratio), yang di peroleh dari perbandingan antara jumlah total hutang dan total ekuitas.
4.      Rasio Nilai Pasar yaitu memberikan suatu indikasi kepada manajemen mengenai apa yang dipikirkan oleh para investor ekuitas tentang kinerja masa lalau perusahaan dan prospek dimasa yang akan datang, yang diukur dengan menggunakan EPS yang diperoleh dari perbandingan antara laba bersih dan jumlah lembar saham.
5.      Rasio dari pembayarn dividen perusahaan adalah DPR yang diperoleh dari perbandingan antara total dividen dan laba bersih perusahaan setelah pajak.

METODELOGI PENELITIAN
            Variabel yang di identifikasi pada penelitian ini adalah faktor –faktorfinancial perusahaan yang meliputi variabel independent ROI,Cash Ratio, DER dan EPS, dan variabel dependent yaitu DPR. Populasi yang di ambil pada penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan sampel pada yang diambil adalah perusahaan yang membagikan dividen pada para pemegang saham setiap tahunnya selama periode 2006-2008.
Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode purposive sampling yakni metode pengambilan sampel secara non probability sampling yang di ambil tidak secara acak, melainkan berdasarkan kriteria tertentu..
Alat Analisis yang digunakan:
Analisis Model Regresi Linier Berganda
Analisis Regresi Linear Berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y) (Priyatno, 2008:66). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Sedangkan perhitungan dihitungan dengan menggunakan softwear SPSS 17.
Y = a +   +     +   +  ………
Y         : DPR (Dividen Payout Ratio)
        : ROI (Return on Investment)
X2       : Cash Ratio
X3       : DER (Debt to Equty Ratio)
X4       : EPS (Earning Pershare)
A      : Konstanta nilai Y apabila   = 0
B  : Nilai Koefisien regresi (nilai peningkatan atau penurunan)
Uji Asumsi Klasik  Regresi
Penjabaran dari uji asumsi klasik regresi adalah sebagai berikut:
1.      Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio.
2.      Uji Asumsi Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.


            Keterangan
            d          = Nilai Durbin – Watson
            e          =  Residual
     3.    Uji Multikolinearitas
Uji Multikolineritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi kalsik multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi.
4.   Uji Asumsi Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastistas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastistas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi.
Pengujian Model Regresi dan Koefisien Regresi
1.      Uji F- Test
Uji ini digunakn untuk mengetahui apakah variabel independen   secara besama – sama berpengaruh secara signifikan terhadap  variabel dependen (Y). Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi  variabel dependen atau tidak.
             F Hitung :                           / k
                                    ( 1-   ) / (n – k – 1)
             Keterangan :
                     : Koefisien determinasi
            N         : Jumlah data atau kasus
            k          :Jumlahvariabelindependen
2.    Uji T- Test
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen ( ….  secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y).
 T Hitung :          bi     
                                      Sbi 
             Keterangan    
            bi         : Koefisien regresi variabel
            Sbi       :Standar error Variabel
3.      Uji Determinasi
Tingkat ketepatan suatu garis dapat diketahui dari besar kecilnya koefisien determinasi atau koefisien   (RSquare). Nilai koefisien R Square dalam analisis regresi dapat digunakan sebagai ukuran menyatakan kesesuaian garis regresi yang diperoleh.

PEMBAHASAN
Deskripsi Data
Pada penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 30 perusahaan dengan kriteria perusahaan yang memiliki laba yang tinggi dan membagikan dividen setiap tahun.
1.      Analisis Deskriptif
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan alat statistik model regresi linier berganda yang bertujuan untuk mencari adanya hubungan atau pengaruh antara variabel indenpendent dan variabel dependent. Secara keseluruhan deskripsi statistik data variabel ROI, Cash Ratio, DER dan EPS, DPR adalah sebagai berikut:

Tabel 1


2.      Asumsi Dasar Klasik

a.      Uji Normalitas
Tujuan uji Normalitas adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi variabel dependen, dan variabel independen atau keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah data dengan distribusi normal. Berikut adalah gambar distribusi normal.
Gambar 1

Dari grafik diatas terlihat bahwa titik-titik menyebarkan di sekitar garis diagonal, serta penyebaran mengikuti arah garis diagonal. Sehingga model regersi yang diajukan layak dipakai untuk melakukan penelitian pengaruh ROI, Cash Ratio, DER, dan EPS terhadap DPR.

b.      Uji Autokolerasi
Kondisi autokolerasi bertitik tolak dari adanya gangguan- gangguan pada hubungan antara variabel. Ganguuan tersebut bersifat rambang sehingga sulit untuk di ukur. Cara untuk menguji dilakukan dengan melihat nilai durbin- witson hasil perhitungan di peroleh hasil bahwa niali DW adalah DW berada diantara Du dan 4-Du. Maka 1.611<2.571 maka dapat disimpulkan bahwa pada uji autokolerasi tidak terdapat gejala.

c.       Uji Heteroskedastisitas
Tujuan dari uji ini adalh untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidak samaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual dari  satu pengamatan ke satu pengamatan yang lain tetap maka disebut dengan homoskedastisitas, dan jika berbedadisebut dengan heteroskedastisitas, dimana dalam satu model regresi yang lebih baik tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi adanya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola grafik dari penyebaran varians residual.

Gambar 2

Pada grafik diatas maka dapat dilihat bahwa titik menyebar secara acak, tidak membentu suatu pola tertentu dengan jelas. Sehingga dapat disimpulka bawha tidak terjadi gejala heteroskedatisitas pada model regresi, sehingga layak untuk dipakai.

d.      Uji Multikolenearitas
Model yang baik adalah yang terbebas dari masalah multikolenearitas (adanya variabel independen yang saling berhubungan). Untuk melihat ada atau tidaknya gejala multikolenearitas dengan berdasarkan nilai toleranca dan VIF. Multikolenearitas dapat diketahui dengan batasan tolerance diatas 0.10 dan nilai VIF dibawah 10.
Tabel 2

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak terjadi gejala multikolenaritas pada penelitian ini karena nilai VIF pada tabel diatas adalah kurang dari 10.

3.      Analisis Regresi Berganda
Dari pwngolahan data menggunakan program SPSS 17. For windows. Dengan metode regresi linier berganda yang telah dilakukan, diperoleh hasil pada tabel sebagai berikut ini :
Tabel 3

Dari tabel diatas maka dapr diperoleh persamaan regresi linier berganda:
Y=51.027– 0.686ROI – 0.002Cash Ratio + 0.109DER – 0.08EPS.

4.      Pengujian Hipotesis
a.      Uji Koefisiensi Bersama-sama (Uji F)

Uji Koefisiensi bersama-sama dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17. For windows dan diperoleh hasil pada tabel sebagai berikut ini.
Tabel 4


Pada tabel diatas maka dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 3.281 dengan tingkat signifikan sebesar 5%, dengan nilai df 1:4 dan df 2: 85 maka diperoleh hasil nilai F tabel sebesar 2.479. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa F Hitung   H Tabel maka ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak, artinya bahwa ada pengaruh antara ROI, Cash Ratio, DER, dan EPS terhadap Kebijakan Dividen yaitu DPR.

b.      Uji Koefisien secara Parsial
(Uji t)
Pada pengujian ini dilakukan untuk mengatahui apakah ada pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat. Dan dengan demikian akan diperbandingkan masing-masing variabel.
Tabel 5
 
dari tabel diatas maka dapat dilihat bahwa nilai dari t hitung adalah sebesar -.826, -.072, 2.931,-1.126, dan diperoleh bahwa nilai t tabel adalah sebesar  . Dari lima variabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen yatiu DPR adalah variabel DER.


PENUTUP
Dari hasil analisis diatas maka dapat dirangkum berdasarkan variabel-variabel sebagai berikut :
Variabel ROI (Return on Investment) terhadap DPR
Pengujian pertama dilakukan terhadap variabel ROI, berdasarkan hasil uji t diperoleh hasil bahwa nilai t hitung adalah sebesar -.826 dan nilai t tabel adalah sebesar -1.988 yang berati bahwa nilai -t hitung < t tabel maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima yang artinya tidak terdapat pengaruh signifikan  antara ROI dan DPR. Jika dilihat dari persamaan regresi pada tabel sebelumnay di peroleh hasil bahwa nilai koefisien regresi adalah sebesar -0.686, yang artinya bahwa jika niali ROI mengalami kenaikkan sebesar 1 poin maka nilai DPR akan mengalami penurunan sebesar Rp 0.686. Ini berarti bahwa terdapat hubungan negatif antara ROI dan DPR pada penelitian ini. Ini terjadi karena pada tahun 2005 negara kita terjadi keniakkan harga BBM ynag masih sangat terasa dampaknya pada negara kita sampai dengan pertengahan tahun 2006. Yang menyebabkan beberapa harga dari bahan industi mengalami kenaikkan.
Variabel Cash Ratio Terhadap DPR
Pengujian kedua dilakukan terhadap variabel cash ratio. Dari perhitungan t hitung diperoleh bahwa nilai t hitung adalah sebesar -0.072 dan nilai t tabel adalah sebesar -1.988 yang berati bahwaHO diterima yang artinya bahwa nilai Cash Rati tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen yaitu DPR. Dan pada persamaan regersi diperoleh koefisien adalah sebesar -0.002 yang berarti bahwa setiap kenaikkan nilai cash ratio sebesar satu poin maka nilai DPR akan mengalami penurunan sebesar Rp 0.002, dan berati bahwa terjadi hubungan yang negatif antara Cash Ratio terhadap Dividen payout Ratio.
Variabel DER (Dividen Payout Ratio) terhadap DPR (Dividen Payout Ratio)
Pada pengujian yang ketiga dilakukan terhadap varaiebl DER (Dividen Payout Ratio) pada tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai t hitung diperoleh sebesar 2.931 dan nilai t tabel adalah sebesar 1.988 yang artinya bahwa t hitung > t tabel maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak yang artinya bahwa terdapat hubungan antara DER dan DPR pada penelitian ini. Pada koefisien regresi berganda di peroleh hasil bahwa nilai DER adalah sebesar 0.109 yang berati bahwa apabila DER naik sebesar satu poin maka nilai DPR akan mengalami kenaikkan sebesar Rp 0.109, yang berarti bahwa terdapat hubungan yang positif antara DER terhadap DPR. Ini terjadi karena  pada tahun 2007 akhir negara kita terkena dampak dari krisis subprime mortgage yang sedang melanda Amerika Serikat, yang secara tidak langsung berdamapak pada negara kita. Dan pada akhirnya menyebabkan beberapa perusahaan yang kekurangan modal melakukan pinjaman dana pada pihak ketiga yaitu bank dan lembaga keuangan lainnya.
Variabel EPS (Earning Per Share) terhadap DPR (Dividen Payout Ratio)
Pengujian yang keempat dilakukan pada variabel EPS sebagai proksi dari kebijakan dividen. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa nilai t hitung adalah sebesar -1.126 dan nilai t tabel adalah sebesar -1.988 yang berati bahwa nilai t hitung > dari t tabel maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel EPS terhadap DPR. Pada persamaan regresi linier berganda diperoleh bahwa nilai koefisien EPS adalah sebesar -0.008 yang berarti bahwa apabila nilai EPS mengalami kenaikkan sebesar satu poin maka nilai DPR akan mengalami penurunan sebesar Rp 0.008, yang berati bahwa terjadi hubungan negatif antara EPS dan DPR. Hal ini di mungkinkan karena tidak selamanya perusahaan yang memperoleh laba akan memutuskan untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham. Salah satu alasannya adalah konsep laba itu sendiri.

Maka dapat disimpulkan bahwa dari keempat variabel yang diteliti pada penelitian ini hanya variabel DER yang berpengaruh Positif terhadap kebijakan divdien perusahaan periode 2006-2008.
Uji Determinasi
Uji determinasi digunakan untuk mengatahui variabel mana bebas mana yang memiliki pengaruh paling dominan dalam suatu model regresi linier, maka digunakan koefisien beta berikut pada tabel dibawah ini.
Tabel 6

Pada tabel di atas maka dapat dilihat bahwa nilai koefisien beta atas variabel diatas adalah sebesar – 0.086 variabel ROI, -0.007 variabel cash ratio, 0.308 variabel DER, dan 0.114 variabel EPS. Dan dari keempat variabel independen diatas maka variabel yang sangat berpengaruh terhadap kebijkan dividen adalah DER (Dividen Payout Ratio) yaitu sebesar 0.308.


1 komentar: