BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Untuk memenuhi salah satu tugas
kuliah, maka penyusun membuat makalah ini dengan tema kebijakan deviden.
Makalah ini penyusun beri judul KEBIJAKAN DEVIDEN.
Alasan mengapa penyusun memilih kebijakan deviden dalam tema makalah ini,
karena penyusun ingin mengetahui lebih dalam tentang kebijakan deviden. Dalam
makalah ini, penyusun membahas mengenai pengertian kebijakan deviden, factor
yang mempengaruhi kebijakan deviden, pendapat tentang kebijakan deviden,
macam-macam kebijakan deviden, kebijakan stock deviden, kebijakan stock splits,
kebijakan reverse dplits, dan rumus-rumus yang digunakan.
Kebijakan deviden merupakan bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Secara definisi, kebijakan deviden adalah keputusan
apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada
pemegang saham dalam bentuk deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna
pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa saja konsep dari kebijakan Dividen?
2.
Apa saja teori-teori dalam kebijakan Dividen?
3.
Bagaimana bentuk-bentuk kebijakan Dividen?
1.3 Tujuan perumusan masalah
1.
Mengetahui apa saja konsep dari kebijakan Dividen.
2.
Mengetahui macam macam teori dari kebijakan Dividen.
3.
Mengetahui bentuk-bentuk kebijakan Dividen.
BAB II
KONSEP KEBIJAKAN DEVIDEN
2.1 Pengertian
Kebijakan Deviden
Pengertian
kebijakan dividen menurut Agus Sartono menyatakan bahwa : “Kebijakan dividen
adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada
pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna
pembiayaan investasi di masa datang”.
Sedangkan
pengertian kebijakan dividen menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti
menyatakan bahwa : “Kebijakan dividen adalah kebijakan yang menyangkut tentang
masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham, pada dasarnya
laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan
kembali”.
Laba
ditahan (retained earning) dengan demikian merupakan salah satu dari
sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan
sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang
saham atau “equity investors”.
Apabila
perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi
laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana interen atauinternal
financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang
diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana interen akan semakin besar.
2.2 Faktor –
Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Kebutuhan Dana Untuk Membayar Utang
Apabila
suatu perusahaan akan memperoleh utang baru atau menjual obligasi untuk
membiayai perusahaan, sebelumnya harus sudah direncanakan bagaimana caranya
untuk membayar kembali utang tersebut. Utang dapat dilunasi pada hari jatuhnya
dengan mengganti utang tersebut dengan utang baru. Atau alternatif lain ialah
perusahaan harus menyediakan dana sendiri yang berasal dari keuntungan untuk
melunasi utang tersebut.
Apabila
perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba
ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya
untuk keperluan tersebut, ini berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari
pendapatan atauearning yang dibayarkan sebagai dividen. Dengan kata
lain perusahaan harus menetapkan dividend payout ratio yang
rendah.
2. Likuiditas
Likuiditas
perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen. Karena
dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan
likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan profitable akan
memerlukan dana yang cukup besar untuk membiayai investasinya, oleh karena itu
mungkin akan kurang likuid karena dana yang diperoleh lebih banyak
diinvestasikan pada aktiva tetap dan aktiva lancar yang permanen. Likuiditas
perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi perusahaan dan kebijakan
pemenuhan kebutuhan dana. Keputusan investasi akan menentukan tingkat ekspansi
dan kebutuhan dana perusahaan, sementara itu keputusan pembelanjaan akan
menentukan pemilihan sumber dana untuk membiayai investasi tersebut.
3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Makin
cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan akan dana
untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin besar kebutuhan dana
untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut
biasanya lebih senang untuk menahan earning nya daripada
dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan
biayanya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa makin cepat tingkat
pertumbuhan perusahaan makin besar dana yang dibutuhkan, makin besar kesempatan
untuk memperoleh keuntungan, makin besar bagian dari pendapatan yang ditahan
dalam perusahaan, yang ini berarti makin rendah dividend payout rationya.
Apabila
perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga
perusahaan telah well established, dimana kebutuhan dananya dapat
dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana eksteren
lainnya, maka keadaannya adalah berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan
dapat menetapkan dividend payout ratio yang
tinggi.
4. Keadaan Pemegang Saham
Jika
perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya
mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak
dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golonganhigh tax dan
lebih suka memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat
mempertahankan dividend payout ratioyang rendah. Dengan dividend
payout ratio yang rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan
akan menahan laba untuk kesempaan investasi yang profitable. Untuk
perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang
diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.
5. Pembatasan Hukum, Pembatasan
hukum tertentu bisa membatasi jumlah dividen yang bisa dibayarkan perusahaan.
Menurut
Arthur J Keown, at al menyatakan bahwa batasan hukum
yaitu Pembatasan menurut Undang-Undang, dapat mengahalangi
perusahaan dalam membayar dividen.
6. Pengawasan Terhadap Perusahaan
Ada
perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya dengan dana
yang berasal dari sumber interen saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar
pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil
penjualan saham baru akan melemahkan control dari kelompok
dominan di dalam perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dengan uang
akan memperbesar risiko financialnya. Mempercayakan pada pembelanjaan interen
dalam usaha mempertahankan control terhadap perusahaan,
berarti mengurangi dividen payout ratio nya.
\\
BAB
III
TEORI-TEORI
KEBIJAKAN DIVIDEN
Dalam dunia keuangan, pada dasarnya
terdapat 3 konsep tentang kebijakan dividen, yaitu:irrelevance theory, bird in
the hand theory, dan tax preference theory.
3.1
Irrelevance theory
Irrelevance theory
adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai
pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun terhadap biaya modalnya. Menurut
teori ini, kebijakan dividen tidak mempengaruhi harga saham ataupun cost of
capitalperusahaan. Oleh karena itu, kebijakan dividen menjadi tidak relevan (irrelevant).
Teori ini dikembangkan oleh Miller dan Modigliani (1961), yang menyatakan bahwa
nilai perusahaan hanya ditentukan oleh expected earnings dan risiko perusahaan.
Nilai perusahaan hanya tergantung pada laba yang diekspektasikan dari aktiva,
bukan dari pemisahan laba menjadi dividen dan laba ditahan. Teori ini
menganggap bahwa kebijakan dividen tidak membawa dampak apa-apa bagi nilai
perusahaan. Jadi, peningkatan atau penurunan dividen oleh perusahaan tidak akan
mempengaruhi nilai perusahaan.
3.2
Bird in the hand theory
Teori dari Lintner
(1962), Gordon (1963), dan Bhattacharya (1979) menjelaskan bahwa investor
menyukai pendapatan dividen yang tinggi karena pendapatan dividen yang diterima
seperti burung di tangan (bird in the hand) yang mempunyai nilai yang lebih
tinggi dan risiko yang kecil daripada pendapatan modal (bird in the bush)
karena dividen lebih pasti dari pendapatan modal. Teori ini juga berpendapat
bahwa investor menyukai dividen karena kas di tangan lebih bernilai daripada
kekayaan dalam bentuk lain. Konsekuensinya, harga saham perusahaan akan sangat
ditentukan oleh besarnya dividen yang dibagikan. Peningkatan dividen akan
meningkatkan harga saham yang akan berdampak pula pada nilai perusahaan.
3.3
Teori Dividen Residual (Residual Theory of Dividends)
Menurut teori dividen
residual, perusahaan menetapkan kebijakan dividen setelah semua investasi yang
menguntungkan habis dibiayai. Dengan kata lain, dividen yang dibayarkan
merupakan ‘sisa’ (residual) setelah semua usulan investasi yang menguntungkan
habis dibiayai.
BAB IV
BENTUK-BENTUK KEBIJAKAN DIVIDEN
Kebijakan
dividen yang dilakukan perusahaan bentuknya bisa bermacam-macam. Menurut
Bambang Riyanto (2001:269) menyatakan bahwa ada macam-macam kebijakan dividen
yang dilakukan oleh perusahaan antara lain sebagai berikut :
4.1 Kebijakan
dividen yang stabil
Banyak
perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya jumlah
dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka
waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham setiap tahunnya
berfluktuasi.
4.2 Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal
plus jumlah ekstra tertentu
Kebijakan
ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham tiap tahunnya.
Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan dividen
ekstra diatas jumlah minimal tersebut.
4.3 Kebijakan
dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan
Jenis
kebijakan dividen yang ketiga adalah penetapan dividend payout ratioyang
konstan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividen
payout ratio yang konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah
dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi
sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.
4.4 Kebijakan dividen yang fleksibel
Kebijakan
dividen yang terakhir adalah penetapan dividen payout ratio yang
fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi financial dan
kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan.
BAB
V
PENGARUH
KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP ASSET PEMEGANG SAHAM
Kebijakan
dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba sebagai deviden atau
menahannya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan (laba ditahan).
Dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham tergantung kepada kebijakan
masing-masing perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih serius
dari manajemen perusahaan. Konsekuensinya, tugas manajer keuangan dituntut
untuk bisa menentukan kebijakan dividen yang optimal, yang menciptakan
keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang. Oleh
karena itu, dalam menentukan kebijakan dividen perusahaan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat
memaksimalkan nilai perusahaan. Berdasarkan pada pemikiran di atas, penulis
mencoba untuk melakukan penelitian dalam skripsi yang berjudul â Analisis
Faktor-faktor Kebijakan Dividen dan Pengaruhnya Terhadap Harga Sahamâ .
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor kebijakan dividen yang
meliputi posisi solvabilitas, posisi likuiditas, tingkat keuntungan (ROA), dan
ukuran perusahaan baik secara simultan maupun parsial terhadap nilai perusahaan
yang tercermin pada harga pasar saham perusahaan pada sektor industri perbankan
tahun 2003. Dalam penelitian ini unit observasi yang digunakan adalah 19
perusahaan pada sektor industri perbankan yang sudah go public atau sudah
terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode analisis yang digunakan adalah
analisis regresi berganda. Berdasarkan pengujian secara simultan, faktor-faktor
kebijakan dividen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga pasar saham
perusahaan dengan nilai koefisien determinasi sebesar 44.02%. Berdasarkan
pengujian secara parsial, hanya terdapat faktor kebijakan dividen yang
berpengaruh signifikan terhadap harga pasar saham perusahaan, yaitu tingkat
keutungan (ROA). Sedangkan tiga faktor kebijakan dividen lainnya, yaitu posisi
solvabilitas, posisi likuiditas, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga pasar saham perusahaan.
BAB
VI
BEBERAPA
ASPEK DALAM KEBIJAKAN DIVIDEN
DEVIDEN SAHAM (STOCK DIVIDEND)
Dengan dilakukannya stock dividend, maka tidak terjadi cash outflows, tetapi hanya transaksi pembukuan guna memindahkan sejumlah uang dari perkiraan laba yang ditahan kepada perkiraan modal saham biasa yang disetor. Stock dividend adalah pembayaran tambahan saham kepada para pemegang saham, dan menunjukkan penyusunan kembali modal perusahaan, sedangkan proporsi kepemilikan pemegang saham, tetap tidak berubah.
Dengan dilakukannya stock dividend, maka tidak terjadi cash outflows, tetapi hanya transaksi pembukuan guna memindahkan sejumlah uang dari perkiraan laba yang ditahan kepada perkiraan modal saham biasa yang disetor. Stock dividend adalah pembayaran tambahan saham kepada para pemegang saham, dan menunjukkan penyusunan kembali modal perusahaan, sedangkan proporsi kepemilikan pemegang saham, tetap tidak berubah.
Contoh:
PT Abadi memiliki struktur modal sebagai berikut:
Saham biasa (nominal Rp 1000 ; 3 000 000 lembar) Rp 3 000 000 000 Capital
surplus 1 500 000 000 Laba ditahan 7 500 000 000 Modal sendiri 12 000 000 000 Perusahaan
menentukan stock dividend sebesar 10%. Harga pasar saham Rp 4.000,- Bagaimanakah
komposisi modal sendiri setelah stock dividend?
Jawab:
Stock dividend 10%, maka ada tambahan saham sebanyak 10% x 3 000 000 = 300 000
lembar.
Stock deviden = 300 000 x Rp 4.000,- = Rp 1.200.000.000,- ditransfer dari laba
ditahan ke saham biasa dan capital surplus.
Nilai nominal saham tidak berubah, maka 300000 lbr x Rp 1000 = Rp 300.000.000, ditransfer
ke modal saham biasa, sisanya Rp 1 200 000 000,- – Rp 300 000 000,- = Rp 900
000 000,- dimasukkan dalam capital surplus, sehingga total modal sendiri tidak berubah.
Setelah stock dividend maka komposisi modal sendiri PT Abadi :
Saham biasa (nominal Rp 1000 ; 3 300 000 lembar) Rp 3 300 000 000
Capital surplus 2 400 000 000
Laba ditahan 6 300 000 000
Modal sendiri 12 000 000 000
Stock dividend meningkatkan jumlah saham yang beredar, sehingga laba per saham
(EPS) akan menurun secara proporsional. Jadi para pemegang saham mempunyai jumlah
lembar saham yang bertambah, tetapi mempunyai EPS yang berkurang, sehingga proporsi
keuntungan totalnya tetap tidak berubah. Pembagian stock dividen akan menurunkan
harga saham sehingga tidak memberikan manfaat ekonomis, kalau kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba tidak berubah, demikian juga dengan biaya
modalnya.
Bagaimanapun, harga saham akan dipengaruhi oleh kemampuan memperoleh laba dan resiko
perusahaan (yang tercermin dalam biaya modalnya). Kedua factor tersebut tidak bisadimanipulasi oleh manajer
keuangan. Manajer keuangan tidak bisa menyebabkan pemegang saham menjadi lebih
kaya hanya karena memutuskan untuk membagikan stock dividend. Umumnya
perusahaan memutuskan untuk membagikan stock dividend, karena mereka memerlukan
dana tersebut, dan tidak ingin mengecewakan pemegang saham.
PEMECAHAN SAHAM (STOCK SPLIT)
Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih
kecil. Pemecahan saham lama ini menjadi beberapa saham baru, akan menyebabkan jumlah
saham yang beredar bertambah. Tujuan stock split adalah untuk menempatkan harga
pasar saham dalam trading range tertentu.
Contoh:
PT Abadi menentukan stock split dari satu menjadi dua saham. Komposisi modal
sendiri
perusahaan adalah sebagai berikut:
Saham biasa (nominal Rp 5000 ; 600 000 lembar) Rp 3.000 juta
Capital surplus Rp 1.500 juta
Laba ditahan Rp 7.500 juta Modal
sendiri Rp12.000 juta
Setelah stock split, komposisi modal sendiri menjadi:
Saham biasa (nominal Rp 2500 ; 1 200 000 lembar) Rp 3.000 juta
Capital surplus Rp 1.500 juta
Laba ditahan Rp 7.500 juta Modal
sendiri Rp12.000 juta
Setelah stock split, nilai nominal saham menjadi ½ X Rp 5 000 = Rp 2500 per
lembar. Investor yang semula memiliki 100 lembar saham setelah stock split
jumlah saha, yang dimilikinya menjadi 2 X 100 lembar = 200 lembar, meskipun
total nilainya tidak mengalami perubahan. Kekayaan investor tidak berubah,
sehingga tidak ada keuntungan ekonomis yang diperolehnya dari stock split.
Jadi ada persamaan antara Stock Devidend dan Stock Split, yaitu:
1. Tidak ada pendistribusian kas dalam kedua bentuk itu.
2. Mengakibatan jumlah lembar saham yang beredar meningkat.
3. Total modal sendiri (net worth) tidak berubah, tetapi hanya
komposisinya saja yang berubah.
PEMBELIAN KEMBALI SAHAM (REPURCHASE OF
STOCK)
Sebagai akternatif pemberian deviden berupa uang tunai, perusahaan dapat mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham dengan cara membeli kembali saham perusahaan (repurchasing stock). Saham yang dibeli kembali itu akan
dibukukan sebagai perkiraan Treasury Stock. Dengan dibelinya kembali sebagian saham, maka jumlah saham yang beredar akan berkurang, bila diasumsikan pembelian kembali
saham ini tidak memberi pengaruh negative terhadap keuntungan perusahaan, maka EPS
akan meningkat, yang akan, meningkatkan harga pasar saham. Kenaikan harga pasar
saham itu akan memberikan capital gains sebagai ganti deviden kepada para pemegang
sahamnya.
Contoh: PT Abadi adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur
yang memproduksi produk-produk perlengkapan busana wanita dan pria. Pada tahun 2005 memperoleh laba sebesar Rp 550 juta dan 50% dari jumlah tersebut akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk pembelian kembali saham. Jumlah saham yang beredar saat ini adalah sebanyak 1.100.000 lembar dengan harga pasar
sebesar Rp 2.500,- per lembar saham. Manajer keuangan saat ini menawarkan kepada mereka yang mau menjual kembali saham biasa yang dimilikinya seharga Rp 2.750,- jadi
seolaholah menawarkan cash dividend Rp 250 per lembar saham. Berdasarkan data tersebut,
carilah:a. laba per saham dan P/E Ratio sebelum kebijakan pembelian kembali saham
b. laba per saham setelah kebijakan pembelian kembali saham
c. harga saham setelah kebijakan pembelian kembali saham dengan asumsi P/E
Ratio konstan.
Jawab:
EAT = 550 juta Payout Ratio 50%
Outstanding share = 1,1 juta
P saham = Rp 2500 / lembar
P treasury stock = Rp 2750 / lembar
a. Sebelum kebijakan pembelian saham:
EPS = Rp.550,- juta / 1,1 juta = Rp 500 /lembar
Price <- PER = 2500 / 500 = 5
EPS
b. Setelah kebijakan pembalian kembali saham:
EAT untuk treasury stock = ½ x Rp.550,- juta = Rp.275,- juta
Jumlah saham yang dapat ditarik kembali = 275 juta / 2750 = 100 ribu lembar
EPS = Rp.550,- juta / 1 juta = Rp 550,- / lembar
c. P saham = PER X EPS =
= 5 x Rp 550,- = Rp 2.750,-
BAB
V
PENUTUP
Kesimpulan
Kebijakan deviden merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Secara
definisi, kebijakan deviden adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk
deviden atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa
yang akan datang. Faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden yaitu posisi
likuiditas perusahaan, kebutuhan dana untuk membayar hutang, tingkat
pertumbuhan perusahaan, pengawasan terhadap perusahaan, kemampuan meminjam,
tingkat keuntungan, stabilitas return, dan akses kepasar modal. Pendapat
tentang kebijakan deviden yaitu pendapat tentang ketidakrelevanan deviden
(irrelevant theory) dan Pendapat tentang relevansi deviden (relevant theory).
Macam-macam kebijakan deviden yaitu kebijakan deviden yang stabil, kebijakan
deviden dengan penetapan jumlah deviden minimal ditambah jumlah ekstra
tertentu, kebijakan deviden dengan penetapan deviden payout ratio yang konstan,
dan kebijakan deviden yang stabil.
JURNAL KEBIJAKAN
DIVIDEN
Analisis Pengaruh ROI, Cash Ratio,
DER dan EPS Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2006-2008
ABSTRAK
Kebijakan
dividen adalah suatu keputusan manajemen apakah laba yang diperoleh perusahaan
akan dibagikan kepada pemegang saham atau di reinvestasikan kembali oleh pihak
manajemen. Penetapan kebijakan dividen dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
financial dan faktor nonfinancial, dan pada penelitian ini lebih memfokuskan
pada aspek financial yang secara langsung menggambarkan keadaan suatu
perusahaan.
Tujuan
penelitian ini adalah, untuk mengatahui pengaruh komponen ROI, CR, DER, dan EPS
terhadap kebijakan dividen yaitu DPR secara simultan, dan secara parsial dan
untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan mempengaruhi DPR.
Pengambilan sampel pada penelitian menggunakan non probability sampling. Alat
analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regersi berganda
(Multiple Linear Regression).
Berdasarkan
Uji F diperoleh hasil bahwa variabel ROI, CR, DER dan EPS berpengaruh secara
signifikan terhadap DPR, dan dengan menggunakan Uji t maka di peroleh hasil
bahwa variabel yang berpengaruh secara parsial adalah variabel DER, dan yang
berpengruh dominan terhadap kebijakan dividen adalah DER dengan menyumbangkan
sebesar 0.288%. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Nirwanasari (2007), dan menyangkal penelitian
yang dilakukan oleh Risnawati (2008). Berdasarkan teori Brigham dan Houston
mengatakan bahwa dividen hanya dapat dibagikan dengan uang kas sehingga
kekurangan uang kas dapat membatasi pembagian dividen.
Kata Kunci: ROI (Return on Investment), CS (Cash
Ratio), DER (Debt to Equty Ratio), EPS (Earning per Share) dan DPR (Dividen
Payout Ratio).
PENDAHULUAN
Didirikan
sebuah perusahaan adalah bertujuan untuk memperoleh keuntungan semaksimal
mungkin. Keuntungan sebuah perusahaan yang telah dicapai akan disajikan dalam
sebuah laporan keuangan yang akan dipublikasikan kepada masyarakat luas.
Laporan keuangan yang disajikan berguna untuk melaporkan posisi keuangan
perusahaan selama satu periode kepada masyarakat, dimana direksi mempertanggung
jawabkan pencatatan jumlah keuntungan yang telah dipublikasikan.
Tujuan
dari seorang investor menanamkan modal pada suatu perusahaan adalah untuk
memperolah tingkat pengembalian (Return). Pembagian dividen dalam bentuk tunai
lebih banyak diinginkan oleh para investor daripada dalam bentuk lainnya,
karena pembayaran dividen dalam bentuk tunai akan membantu mengurangi
ketidakpastian investor dalam aktivitas investasinya pada sebuah perusahaan.
Dividen yang dibayarkan dalam bentuk tunai disebut juga dengan Cash Dividend.
Dividen
yang dibayar kepada pemegang saham tergantung kepada kebijakan masing – masing
perusahaan sehingga memerlukan pertimbangan yang lebih matang dari pihak
manajemen perusahaan. Indikator kebijakan dividen adalah Dividend Payout Ratio
dan Dividend Yield. Dalam penelitian ini penulis menggunakan Dividend Payout
Ratio sebagai indikator.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh ROI, Cash Ratio, DER, dan EPS secara simultan dan secara parsial
terhadap kebijakan dividen perusahaan yaitu DPR, dan untuk mengetahui variabel
mana yang paling dominan berpengaruh terhadap DPR.
KERANGKA
TEORITIS
Kebijakan
terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang sangat penting yang
melibatkan dua pihak yaitu pihak pertama adalah investor dan pihak kedua adalah
perusahaan itu sendiri. Dividen dapat di artikan sebagai pembayaran kepada
pihak pemegang saham oleh pihak perusahaan atas keuntungan yang di peroleh
perusahaan selama satu periode. Kebijakan dividen merupakan keputusan yang
menyangkut penentuan besarnya bagian keuntungan yang dibagikan kepada pemegang
saham, yang dihitung dari rasio besarnya laba yang dibagikan sebagai dividen
terhadap besarnya laba yang diperoleh (Dividend Payout).
Faktor –faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen
dibagi menjdai dua bagian yaitu faktor internal/financial yaitu seperti
tingakat laba, kemampuan untuk meminjam, kemampuan untuk membayar hutang, dan
faktor eksternal/non financial yaitu
seperti akses ke pasar modal, perturan pajak dan perundangan yang berlaku di
suatu negara.
Menurut Sartono, Agus terdapat beberapa teori
kebijakan dividen yaitu:
1. Teori
Dividen Adalah tidak Relevan
Modigliani-Miller (MM) berpendapat bahwa di dalam kondisi bahwa keputusan
investasi yang given, pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran
pemegang saham. Lebih lanjut lagi MM berpendapat bahwa nilai perusahaan
ditentukan olehearning power dari asset perusahaan. Dengan demikian perusahaan
ditentukan oleh keputusan investasi
2. Teori
Bidr-in-the Hand Theory
Salah satu asumsi dalam pendekatan MM ini adalah
bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat keuntungan yang disyaratkan
oleh investor.
3. Tax
Differential Theory
Teori ini berpendapat bahwa karena dividen cendrung
dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada capital again,maka investor akan
meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividend yield
yang tinggi.
4.
Information Content Hypothesis
Pada teori ini berpendapat berdasarkan kenyataan
bahwa manajemen cendrung memiliki informasi yang lebih baik tentang prospek
perusahaan dibandingkan dengan investor.
5.
Clientile Effectskepentingan
Terdapat banyak kelompok investor dengan berbagai.
Disatu pihak, terdapat investor yang lebih menyukai memperoleh pendapatan saat
ini dalam bentuk dividen, dipihak lain terdapat investor yang lebih menyukai
untuk menginvestasikan kembali pendapatan mereka karena kelompok investor ini
berada dalam tarif pajak cukup tinggi.
Pada penelitian ini menggunakan aspek Financial
perusahaan yang meliputi.
1. Rasio
profitabilitas yaitu berguna untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
memperoleh laba baik dalam hubungan dengan penjualan, assets maupun laba bagi
modal sendiri, yang diukur dengan menggunakan ROI yang diperoleh dari
perbandingan antara laba bersih setelah pajak dan aktiva lancar.
2. Rasio
likuiditas, menunjukan kemampuan untuk membayar kewajiban financial jangka
pendek tepat pada waktunya, yang diukur dengan menggunakan Cash Ratio yang
diperoleh dari perbandingan antara kas dan setara kas dan kewajiban lancar.
3. Rasio
Leverage/Hutang yaitu rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya kepada kreditur yang dapat dihitung
dengan menggunakan DER (Debt To Equity
Ratio), yang di peroleh dari perbandingan antara jumlah total hutang dan total
ekuitas.
4. Rasio
Nilai Pasar yaitu memberikan suatu indikasi kepada manajemen mengenai apa yang
dipikirkan oleh para investor ekuitas tentang kinerja masa lalau perusahaan dan
prospek dimasa yang akan datang, yang diukur dengan menggunakan EPS yang
diperoleh dari perbandingan antara laba bersih dan jumlah lembar saham.
5. Rasio
dari pembayarn dividen perusahaan adalah DPR yang diperoleh dari perbandingan
antara total dividen dan laba bersih perusahaan setelah pajak.
METODELOGI
PENELITIAN
Variabel
yang di identifikasi pada penelitian ini adalah faktor –faktorfinancial
perusahaan yang meliputi variabel independent ROI,Cash Ratio, DER dan EPS, dan
variabel dependent yaitu DPR. Populasi yang di ambil pada penelitian ini adalah
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan sampel pada yang diambil
adalah perusahaan yang membagikan dividen pada para pemegang saham setiap
tahunnya selama periode 2006-2008.
Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode
purposive sampling yakni metode pengambilan sampel secara non probability
sampling yang di ambil tidak secara acak, melainkan berdasarkan kriteria
tertentu..
Alat Analisis yang digunakan:
Analisis Model Regresi Linier Berganda
Analisis Regresi Linear Berganda adalah hubungan
secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X) dengan variabel
dependen (Y) (Priyatno, 2008:66). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif
dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel
independen mengalami kenaikan atau penurunan. Sedangkan perhitungan dihitungan
dengan menggunakan softwear SPSS 17.
Y = a +
+ + + ………
Y :
DPR (Dividen Payout Ratio)
: ROI
(Return on Investment)
X2 :
Cash Ratio
X3 : DER
(Debt to Equty Ratio)
X4 : EPS
(Earning Pershare)
A :
Konstanta nilai Y apabila = 0
B : Nilai
Koefisien regresi (nilai peningkatan atau penurunan)
Uji Asumsi Klasik
Regresi
Penjabaran dari uji asumsi klasik regresi adalah
sebagai berikut:
1. Uji
Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah
populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk
mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio.
2. Uji
Asumsi Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi
antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.
Keterangan
d = Nilai Durbin – Watson
e = Residual
3. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolineritas digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya penyimpangan asumsi kalsik multikolinearitas, yaitu adanya
hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi.
4. Uji
Asumsi Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastistas digunakan untuk mengetahui
ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastistas, yaitu adanya
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi.
Pengujian Model Regresi dan Koefisien Regresi
1. Uji F-
Test
Uji ini digunakn untuk mengetahui apakah variabel
independen secara besama – sama
berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen (Y). Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi variabel
dependen atau tidak.
F
Hitung : / k
( 1- ) / (n – k – 1)
Keterangan :
: Koefisien determinasi
N : Jumlah data atau kasus
k
:Jumlahvariabelindependen
2. Uji T-
Test
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi variabel independen ( ….
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y).
T Hitung
: bi
Sbi
Keterangan
bi : Koefisien regresi
variabel
Sbi :Standar error Variabel
3. Uji
Determinasi
Tingkat ketepatan suatu garis dapat diketahui dari
besar kecilnya koefisien determinasi atau koefisien (RSquare). Nilai koefisien R Square dalam
analisis regresi dapat digunakan sebagai ukuran menyatakan kesesuaian garis
regresi yang diperoleh.
PEMBAHASAN
Deskripsi Data
Pada penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 30
perusahaan dengan kriteria perusahaan yang memiliki laba yang tinggi dan
membagikan dividen setiap tahun.
1.
Analisis Deskriptif
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan
alat statistik model regresi linier berganda yang bertujuan untuk mencari
adanya hubungan atau pengaruh antara variabel indenpendent dan variabel
dependent. Secara keseluruhan deskripsi statistik data variabel ROI, Cash
Ratio, DER dan EPS, DPR adalah sebagai berikut:
Tabel 1
2. Asumsi
Dasar Klasik
a. Uji
Normalitas
Tujuan uji Normalitas adalah untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi variabel dependen, dan variabel independen atau
keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah data
dengan distribusi normal. Berikut adalah gambar distribusi normal.
Gambar 1
Dari grafik diatas terlihat bahwa titik-titik
menyebarkan di sekitar garis diagonal, serta penyebaran mengikuti arah garis
diagonal. Sehingga model regersi yang diajukan layak dipakai untuk melakukan
penelitian pengaruh ROI, Cash Ratio, DER, dan EPS terhadap DPR.
b. Uji
Autokolerasi
Kondisi autokolerasi bertitik tolak dari adanya
gangguan- gangguan pada hubungan antara variabel. Ganguuan tersebut bersifat
rambang sehingga sulit untuk di ukur. Cara untuk menguji dilakukan dengan
melihat nilai durbin- witson hasil perhitungan di peroleh hasil bahwa niali DW
adalah DW berada diantara Du dan 4-Du. Maka 1.611<2.571 maka dapat
disimpulkan bahwa pada uji autokolerasi tidak terdapat gejala.
c. Uji
Heteroskedastisitas
Tujuan dari uji ini adalh untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi terjadi ketidak samaan varian dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual dari satu pengamatan ke satu pengamatan yang lain
tetap maka disebut dengan homoskedastisitas, dan jika berbedadisebut dengan
heteroskedastisitas, dimana dalam satu model regresi yang lebih baik tidak
terjadi heteroskedastisitas. Deteksi adanya heteroskedastisitas dilakukan
dengan melihat pola grafik dari penyebaran varians residual.
Gambar 2
Pada grafik diatas maka dapat dilihat bahwa titik
menyebar secara acak, tidak membentu suatu pola tertentu dengan jelas. Sehingga
dapat disimpulka bawha tidak terjadi gejala heteroskedatisitas pada model
regresi, sehingga layak untuk dipakai.
d. Uji
Multikolenearitas
Model yang baik adalah yang terbebas dari masalah
multikolenearitas (adanya variabel independen yang saling berhubungan). Untuk
melihat ada atau tidaknya gejala multikolenearitas dengan berdasarkan nilai
toleranca dan VIF. Multikolenearitas dapat diketahui dengan batasan tolerance
diatas 0.10 dan nilai VIF dibawah 10.
Tabel 2
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak terjadi
gejala multikolenaritas pada penelitian ini karena nilai VIF pada tabel diatas
adalah kurang dari 10.
3.
Analisis Regresi Berganda
Dari pwngolahan data menggunakan program SPSS 17.
For windows. Dengan metode regresi linier berganda yang telah dilakukan,
diperoleh hasil pada tabel sebagai berikut ini :
Tabel 3
Dari tabel diatas maka dapr diperoleh persamaan
regresi linier berganda:
Y=51.027– 0.686ROI – 0.002Cash Ratio + 0.109DER –
0.08EPS.
4.
Pengujian Hipotesis
a. Uji
Koefisiensi Bersama-sama (Uji F)
Uji Koefisiensi bersama-sama dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 17. For windows dan diperoleh hasil pada tabel sebagai
berikut ini.
Tabel 4
Pada tabel diatas maka dapat dilihat bahwa nilai F
hitung sebesar 3.281 dengan tingkat signifikan sebesar 5%, dengan nilai df 1:4
dan df 2: 85 maka diperoleh hasil nilai F tabel sebesar 2.479. Maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa F Hitung H
Tabel maka ditarik kesimpulan bahwa Ho ditolak, artinya bahwa ada pengaruh
antara ROI, Cash Ratio, DER, dan EPS terhadap Kebijakan Dividen yaitu DPR.
b. Uji
Koefisien secara Parsial
(Uji t)
Pada pengujian ini dilakukan untuk mengatahui apakah
ada pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat. Dan
dengan demikian akan diperbandingkan masing-masing variabel.
Tabel 5
dari tabel diatas maka dapat dilihat bahwa nilai
dari t hitung adalah sebesar -.826, -.072, 2.931,-1.126, dan diperoleh bahwa
nilai t tabel adalah sebesar . Dari lima
variabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh
terhadap kebijakan dividen yatiu DPR adalah variabel DER.
PENUTUP
Dari hasil analisis diatas maka dapat dirangkum berdasarkan
variabel-variabel sebagai berikut :
Variabel ROI (Return on Investment) terhadap DPR
Pengujian pertama dilakukan terhadap variabel ROI,
berdasarkan hasil uji t diperoleh hasil bahwa nilai t hitung adalah sebesar
-.826 dan nilai t tabel adalah sebesar -1.988 yang berati bahwa nilai -t hitung
< t tabel maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima yang artinya tidak
terdapat pengaruh signifikan antara ROI
dan DPR. Jika dilihat dari persamaan regresi pada tabel sebelumnay di peroleh
hasil bahwa nilai koefisien regresi adalah sebesar -0.686, yang artinya bahwa
jika niali ROI mengalami kenaikkan sebesar 1 poin maka nilai DPR akan mengalami
penurunan sebesar Rp 0.686. Ini berarti bahwa terdapat hubungan negatif antara
ROI dan DPR pada penelitian ini. Ini terjadi karena pada tahun 2005 negara kita
terjadi keniakkan harga BBM ynag masih sangat terasa dampaknya pada negara kita
sampai dengan pertengahan tahun 2006. Yang menyebabkan beberapa harga dari
bahan industi mengalami kenaikkan.
Variabel Cash Ratio Terhadap DPR
Pengujian kedua dilakukan terhadap variabel cash
ratio. Dari perhitungan t hitung diperoleh bahwa nilai t hitung adalah sebesar
-0.072 dan nilai t tabel adalah sebesar -1.988 yang berati bahwaHO diterima
yang artinya bahwa nilai Cash Rati tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen
yaitu DPR. Dan pada persamaan regersi diperoleh koefisien adalah sebesar -0.002
yang berarti bahwa setiap kenaikkan nilai cash ratio sebesar satu poin maka
nilai DPR akan mengalami penurunan sebesar Rp 0.002, dan berati bahwa terjadi
hubungan yang negatif antara Cash Ratio terhadap Dividen payout Ratio.
Variabel DER (Dividen Payout Ratio) terhadap DPR
(Dividen Payout Ratio)
Pada pengujian yang ketiga dilakukan terhadap
varaiebl DER (Dividen Payout Ratio) pada tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai
t hitung diperoleh sebesar 2.931 dan nilai t tabel adalah sebesar 1.988 yang
artinya bahwa t hitung > t tabel maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho
ditolak yang artinya bahwa terdapat hubungan antara DER dan DPR pada penelitian
ini. Pada koefisien regresi berganda di peroleh hasil bahwa nilai DER adalah
sebesar 0.109 yang berati bahwa apabila DER naik sebesar satu poin maka nilai
DPR akan mengalami kenaikkan sebesar Rp 0.109, yang berarti bahwa terdapat
hubungan yang positif antara DER terhadap DPR. Ini terjadi karena pada tahun 2007 akhir negara kita terkena
dampak dari krisis subprime mortgage yang sedang melanda Amerika Serikat, yang
secara tidak langsung berdamapak pada negara kita. Dan pada akhirnya
menyebabkan beberapa perusahaan yang kekurangan modal melakukan pinjaman dana
pada pihak ketiga yaitu bank dan lembaga keuangan lainnya.
Variabel EPS (Earning Per Share) terhadap DPR
(Dividen Payout Ratio)
Pengujian yang keempat dilakukan pada variabel EPS
sebagai proksi dari kebijakan dividen. Pada penelitian ini diperoleh hasil
bahwa nilai t hitung adalah sebesar -1.126 dan nilai t tabel adalah sebesar
-1.988 yang berati bahwa nilai t hitung > dari t tabel maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Ho ditolak yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel EPS terhadap DPR. Pada persamaan regresi linier
berganda diperoleh bahwa nilai koefisien EPS adalah sebesar -0.008 yang berarti
bahwa apabila nilai EPS mengalami kenaikkan sebesar satu poin maka nilai DPR
akan mengalami penurunan sebesar Rp 0.008, yang berati bahwa terjadi hubungan
negatif antara EPS dan DPR. Hal ini di mungkinkan karena tidak selamanya
perusahaan yang memperoleh laba akan memutuskan untuk membagikan dividen kepada
para pemegang saham. Salah satu alasannya adalah konsep laba itu sendiri.
Maka dapat disimpulkan bahwa dari keempat variabel
yang diteliti pada penelitian ini hanya variabel DER yang berpengaruh Positif
terhadap kebijakan divdien perusahaan periode 2006-2008.
Uji Determinasi
Uji determinasi digunakan untuk mengatahui variabel
mana bebas mana yang memiliki pengaruh paling dominan dalam suatu model regresi
linier, maka digunakan koefisien beta berikut pada tabel dibawah ini.
Tabel 6
Pada tabel di atas maka dapat dilihat bahwa nilai
koefisien beta atas variabel diatas adalah sebesar – 0.086 variabel ROI, -0.007
variabel cash ratio, 0.308 variabel DER, dan 0.114 variabel EPS. Dan dari
keempat variabel independen diatas maka variabel yang sangat berpengaruh
terhadap kebijkan dividen adalah DER (Dividen Payout Ratio) yaitu sebesar
0.308.
Wow! this is Amazing! I got free 100$ Gift cards! Click here to get your free gift cards!
BalasHapus