Senin, 02 Juni 2014

Manajmen Keuangan Lanjutan
(Penganggaran Modal)



Disusun oleh:

                             Novica Olivia Mapaliey :         0112u360

                             Hardiyansah                 :         0112u338  
         
                             Aldy Aulia Halim          :         0112u019





FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA 2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Penganggaran Modal

            Makalah ini berisikan metode-metode, pengertian dan cara pengaplikasian tentang Penganggaran Modal.

            Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.      

            Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan TME senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. 



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..ii
BAB I  PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang……………………………………………………………………………….1
1.2  Rumusan Masalah…………………………………………………………………………...1
1.3  Tujuan Perumusan Masalah………………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Arti dan Tujuan Penganggaran Modal…………………………….………………………3
2.2 Pentingnya Penganggaran Modal…………………………………………………………..3
2.3 Pengelompokkan Usulan Investasi………………………………………………………….4
2.4 Kriteria keputusan penganggaran modal…………………………………………………..4
2.5 Aliran kas……………………………………………………………………………………..7
2.6 Metode Analisis Penganggaran Modal dan Penerapannya……………………………….8
2.7 Perbandingan Antara Metode NPV dan IRR……………………………………………...9
2.8 Penilaian Investasi dengan Umur (Usia) Ekonomis Berbeda……………………………10
2.9 Biaya modal dan inflasi…………………………………………………………………….11
BAB III KESIMPULAN
KESIMPULAN…………………………………………………………………………………16


BAB I
PENDAHULUAN
1.1           Latar belakang
            Penganggaran modal adalah istilah yang sering kita dengar pada saat berhubungan dengan uang. Tapi seringkali istilah penganggaran modal disalah tafsirkan sebagai alat untuk menghitung keuntungan saja, padahal penganggaran modal (capital budgeting) bukan hanya sekedar itu saja. Maka dari itu kita harus memahami betul pengertian dari penganggaran modal (capital budgeting) agar penafsiran tidak hanya terbatas pada mencari keuntungan saja tetapi melakukan keputusan investasi yang akan berdampak bagus pada jangka panjang maupun jangka pendek bagi perusahaan. Di suatu perusahaan, seorang manajer keuangan harus paham betul dengan capital budgeting ini sebab seorang manajerlah yang akan memutuskan investasi atau penanam modal ini dapat diinvestasikan agar berdampak baik pada perusahaan.
            Di sebagian besar perusahaan, capital budgeting adalah salah satu sumber utama keuntungan perusahaan tersebut. Karena dengan adanya capital budgeting mereka dapat menghitung tingkat keuntungan yang akan mereka dapatkan pada jangka panjangnya

1.2            Rumusan Masalah
·         Apa arti dan tujuan dari Penganggaran Modal?
·         Mengapa Penganggaran Modal penting?
·         Apasaja jenis-jenis pengelompokan investasi?
·         Bagaimana kriteria ideal dalam Penganggaran Modal?
·         Apa yang di maksud aliran kas?
·         Apasaja metode-metode dalam Penganggaran Modal?
·         Perbandingan antara metode NPV dan IRR?
·         Bagaimana penilaian investasi dengan umur ekonomis berbeda?
·         Bagaimana keadaan biaya modal dalam keadaan inflasi?



1.3            Tujuan Perumusan Masalah
·         Mengetahui arti dan tujuan dari Penganggaran Modal.
·         Mengetahui mengapa Penganggaran Modal dianggap penting.
·         Mengetahui jenis pengelompokan investasi.
·         Mengetahui kriteria ideal dalam Penganggaran Modal.
·         Mengetahui aliran kas.
·         Mengetahui metode-metode dalam Penganggaran Modal.
·         Mengetahui perbandingan antara NPV dan IRR.
·         Mengetahui penilaian investasi dengan umur ekonomis yang berbeda.
·         Mengetahui keadaan biaya modal dalam keadaan inflasi.















BAB II
PEMBAHASSAN

2.1                        Arti dan Tujuan Penganggaran Modal
            Penganggaran modal (Capital Budgeting) adalah proses kegiatan yang mencakup seluruh aktivitas perencanaan penggunaan dana dengan tujuan untuk memperoleh manfaat (benefit) pada waktu yang akan datang. Penganggaran modal berkaitan dengan penilaian aktivitas investasi yang diusulkan. Aktivitas suatu investasi ditujukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan selama periode tertentu di waktu yang akan datang, yang mempunyai titik awal (kapan investasi dilaksanakan) dan titik akhir (kapan investasi akan berakhir).

            Penganggaran modal meliputi seluruh periode investasi yang mencakup pengeluaran-pengeluaran (cost) dan manfaat (benefit) yang dikuantifikasi, sehingga memungkinkan untuk diadakan penilaian dan membandingkannya dengan alternatif investasi lainnya.
Penganggaran modal dalam prakteknya dimaksudkan untuk mengadakan analisis investasi dari beberapa alternatif investasi yang tersedia, untuk kemudian menetapkan atau memilih investasi yang paling menguntungkan. Ketidaktepatan dalam menetapkan pilihan investasi akan menimbulkan kerugian-kerugian baik kerugian ril ataupun kerugian karena kehilangan kesempatan untuk memperoleh manfaat yang lebih menguntungkan (opportunity cost) yang sebenarnya dapat diwujudkan. Analisis investasi akan menyeleksi kesempatan-kesempatan investasi yang ada, sehingga dapat dipilih investasi yang memberikan manfaat terbesar dari setiap rupiah dana yang diinvestasikan.

2.2                         Pentingnya Penganggaran Modal
            Terdapatnya beberapa aspek menyebabkan penganggaran modal mempunyai posisi strategis didalam perencanaan suatu investasi. Aspek-aspek tersebut diantaranya :
1.         Pengaruh jangka panjang
2.         Waktu tersedianya aktiva modal
3.         Pengumpulan dana

2.3                        Pengelompokkan Usulan Investasi
Berdasarkan manfaat yang dapat dihasilkan oleh investasi maka usulan investasi dapat dikelompokkan menjadi :
            Investasi yang memberikan manfaat langsung (Direct Benefit). Manfaat langsung investasi dapat berupa kenaikan nilai output ataupun penurunan biaya produksi.
Investasi dalam kelompok ini terdiri dari :
1.      Investasi penggantian (replacement)
Untuk mengganti aktiva lama yang telah aus karena penggunaan, ataupun aktiva yang dirasakan telah tidak sesuai lagi untuk digunakan karena terdapat aktiva lain yang lebih efisien.

2.      Investasi perluasan (ekspantion)
            Investasi perluasan dimaksudkan untuk menambah kemampuan kapasitas yang telah ada guna memenuhi permintaan yang cenderung meningkat.

3.      Menghasilkan produk baru (new product aktivities)
            Resiko usaha dapat dikurangi secara relaitf, jika perusahaan yang bersangkutan melakukan diversifikasi dari produk yang dihasilkan.

            Diversifikasi produk menyebabkan perusahaan akan beroperasi di berbagai segmen pasar. Sehingga jika terjadi kekurangberhasilan pemasaran suatu produk pada segmen pasar tertentu, secara relatif dapat dikomvensasikan oleh keberhasilan pemasaran produk lain pada segmen pasar lainnya.

            Investasi yang memberikan manfaat tidak langsung (Indirect Benefit), adalah investasi yang tidak secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh pendapatan (profit).

2.4                        Kriteria keputusan penganggaran modal :

  1. a. Payback period adalah jumlah tahun yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal. atau suatu kriteria penganggaran modal yang digambarkan sebagai jumlah tahun yang diperlukan untuk mengembalikan investasi kas awal.
Keuntungan :
  • Menggunakan arus kas bebas, bukan accounting profit
  • Mudah dihitung dan dipahami
  • dapat digunakan sebagai alat penyaring kasar
  • Sering digunakan sebagai alat penyaring kasar untuk menghilangkan proyek dengan tingkat pengembalian yang tidak nyata hingga tahun–tahun akhir.
  • Menekankan pada pengembalian yang lebih awal yang lebih pasti dan memberikan kebutuhan likuiditas bagi perusahaan.
Kerugian :
  • Tidak memperhitungkan Aksioma 2
  • Semua arus kas yang terjadi setelah periode pembayaran kembali diabaikan.
  • mengabaikan nilai waktu uang
  • pemilihan periode pengembalian  maksimum bersifat arbitrer
Untuk menanggulangi kelemahan 1 muncullah Discounted payback period. Namun masih mempunyai kelemahan, yaitu accept-reject kriteria bersifat arbiter
b. periode pengembalian diskonto : variasi dari kriteria keputusan masa pengembalian yang digambarkan sebagai jumlah tahun yang diperklukan untuk mengembalikan pengeluaran kas awal dari arus kas bersih yang didiskonto
keunggulan : menggunakan arus kas bebas, mudah dihitung&dipahami, dan mempertimbangkan nilai waktu uang
kekurangan : mengabaikan arus kas bebas yang terjadi setelah periode pengembalian diskonto dan pemilihan periode pengembalian diskonto maksimum bersifat arbitrer

           2.  Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang free cash flow setelah pajak dikurangi pengeluaran awal proyek. Perbedaan nilai sekarang arus kas dengan pengeluaran awal menetukan nilai bersih atas penerimaan investasi dalam nilai uang masa sekarang.
Kriteria : NPV ≥ 0 à Terima
NPV < 0 à Tolak
NPV = 0 à Terima, karena proyek tersebut memberikan pengembalian yang sama dengan tingkat pengembalian yang disyaratkan.
Keuntungan :
  • Menggunakan arus kas bebas
  • memperhitungkan nilai waktu uang
  • konsisten dengan tujuan perusahaan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham
  • Menggunakan perbandingan yang logis antara keuntungan dan biaya
  • Penerimaan proyek akan meningkatkan nilai perusahaan à konsisten dengan tujuan perusahaan

            Kerugiannya membutuhkan peramalan jangka panjang atas penambahan arus kas yang diterima, membutuhkan perkiraan jangka panjang terinci dari arus kas bebas proyek dan sensitivitas terhadap pilihan tingkat diskonto

              3. Profitability index atau benefit/cost ratio adalah rasio nilai sekarang dari free cash flow terhadap pengeluaran awalnya.
Kriteria : PI ≥ 1 à Terima
PI < 1 à Tolak

            Antara NPV dan PI akan selalu menghasilkan keputusan terima dan tolak yang sama walaupun tidak dalam urutan yang sama.
Keuntungan dan Kerugian sama dengan NPV

             4. Internal rate of return, tingkat pengembalian yang menyeimbangkan nilai sekarang dari arus kas masa depan dengan peneluaran awal proyek.
Kriteria : IRR ≥ Required rate of Retun à Terima
IRR < Required rate of Retun à Tolak

            Jika IRR = Required rate of Retun, maka proyek tersebut diterima karena perusahaan mendapatkan Required rate of Retun seperti yang disyaratkan pemegang saham. IRR juga akan menghasilkan keputusan terima tolak yang sama dengan NPV dan PI
Keuntungan dan Kerugian sama dengan NPV dan PI
Kerugian tambahan :
  • sulit dihitung jika tidak menggunakan kalkulator keuangan.
  • Asumsi tingkat reinvestasi à NPV mengasumsikan bahwa arus kas yang diterima akan diinvestasikan kembali dengan required rate of return sedangkan reinvestment rate IRR menggunakan tingkat IRR.

NPV lebih baik karena arus kasnya :
ü  dikembalikan ke pemegang saham yang menghendaki required rate of return
ü  diinvestasikan kembali dimana investor luar juga menuntut required rate of return

            5. IRR yang telah dimodifikasi : tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus kas proyek dengan njilai sekarang nilai akhir proyek (MIRR).  Dengan kelemahan tersebut muncullah MIRR yang menggunakan asumsi bahwa semua arus kas masuk sepoanjang usi proyek akan diinvestasikan kembali pada required rate of return samapi usia nproyek yang disebut Terminal Value (nilai akhir proyek). MIRR adalah tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang arus kas keluar (Initial Outlay dengan Terminal Value proyek.
KEUNGGULAN : Menggunakan arus kaS BEBAS, memperhitungkan nilai waktu uang, konsisten dengan tujuan perusahaan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham,
kelemahan : membutuhkan perkiraan jangka panjang terinci dari arus kas bebas proyek

2.5                         Aliran Kas
Di dalam melakuan analisa  capital budgeting diperlukan estimasi arus kas. Dimulai dari investasi awal hingga proyek itu berjalan. Pada tahap awal kas perusahaan masih negatif karena perusahaan hanya mengeluarkan dana untuk pelaksanaan proyek tersebut, setelah proyek tersebut selesai dan arus kas akan menjadi positif akibatnya adanya penghasilan yang dihasilkan dari investasi tersebut.

Masalah Dalam Menghitung Aliran Kas
Perusahaan mengharapkan akan menghasilkan arus kas yang lebih besar daripada sebelum melakukan suatu investasi. Di dalam capital budgeting ini disebut sebagai arus kas tambahan (incremental cash flow).  Incremental cash flow ini yang digunakan untuk menghitung atau menganalisa kelayakan suatu proyek dengan metode net present value.

Empat (4) hal yang harus diperhatikan di dalam menentukan arus kas tambahan yaitu (Ross, 2008) :
1.      Sunk Cost  Pengeluaran yang telah terjadi di masa lalu, yang tidak terpengaruh oleh keputusan menerima atau menolak suatu proyek.
2.      Opportunity Cost  Biaya yang timbul karena perusahaan kehilangan kesempatan menerima suatu pendapatan karena aset perusahaan digunakan pada proyek yang lain.
3.      Side Effect  Dapat diklasifikan sebagai  erosion atau  synergy.  Erosion terjadi ketika produk baru menurukan cash flow sedangkan synergy terjadi sebaliknya  
4.      Allocated Cost  Dilihat sebagai pengeluaran kas jika terjadi kenaikan cost pada proyek.

Arus kas dalam suatu proyek terdiri atas beberapa komponen yaitu:
a.      Initial investment (Investasi awal)   : Semua pengeluaran yang digunakan untuk membiayai proyek tersebut.
b.      Free Cash Flow Arus kas bersih yang dapat dihasilkan selama proyek tersebut berlangsung. Yang diperhitungkan disini adalah selisih arus kas masuk dan keluar (pendapatan dan biaya) setelah dikurangi pajak dan tidak memperhitungkan bunga dan depresiasi.
c.       Terminal Value Arus kas yang dihasilkan jika pada akhir periode, investasi tersebut dijual. Nilai ini adalah nilai bersih dari penjualan tersebut



2.6                         Metode Analisis Penganggaran Modal dan Penerapannya

1.      Payback periode
Jangka waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali jumlah modal yang ditanam, semakin cepat modal dapat diperoleh kembali berarti semakin kecil resiko yang harus diambil/ dihadapi (Periode waktu yang menunjukkan berapa lama dana yang diinvestasikan akan bisa kembali)
·         Kebaikan : sangat mudah diterapkan
·         Kelemahan :
a.       tidak memperhatikan time of money value
b.      tidak memperhatikan cash in flow setelah masa payback sehingga tidak bisa digunakan sebagai alat ukur.

Rumus:
Payback periode  =  jumlah investasi * 1 tahun
                                                    Proceed

 jika payback periode > umur ekonomis, investasi ditolak
 jika payback periode < umur ekonomis, investasi diterima

2.      Net Present Value (NPV)
            Metode penilaian investasi yg menggunakan discounted cash flow. (mempertimbangkan nilai waktu uang pada aliran kas yg terjadi sekarang dengan arus kas keluar yang akan diterima pada masa yang akan datang).
·         Kebaikan :
a.       memperhitungkan time value of money
b.      memperhitungkan seluruh cash flow selama usia investasi
·         Kelemahan :
dalam membandingkan dua investasi yang sama modalnya, nilai tunai netto tidak dapat digunakan sebagai pedoman.

Rumus :
NPV  =  PVNCF – PVNOL

Langkah – langkah :
a.       Tentukan discount rate yang digunakan berdasarkan biaya modal atau Required Rate Of  Return.
b.      Menghitung present value dari net cash flow.
c.       Menghitung present value dar net outlay.
d.      Menghitung present value dengan mengurangkan PVNCF dengan PVNOL.
e.       Kriteria :
Jika NPV (+), investasi diterima.
Jika NPV (-), investasi ditolak.

3.      Internal Rates Of Return (IRR)
            Tingkat pengembalian yang dihasilkan atas suatu investasi atau discount rate yang menunjukkan present value cash flow = present value outlay. IRR yang didapat dibandingkan dengan biaya modal yang ditanggung peruusahaan.

IRR
=
I2
+
NPV2
x
(i2 – i1)
NPV1   -  NPV2

Di mana :        
I1             =  tingkat bunga 1 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1)      
I2             =  tingkat bunga 2 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2)      
NPV1      =  net present value 1         
NPV2      =  net present value 2

  Jika IRR > I, investasi diterima
  Jika IRR < I, Investasi ditolak

4.      Profitability Index 
                Membagi nilai antara sekarang arus kas masuk yang akan datang diterima diwaktu yang akan datang dengan arus kas keluar.

Rumus :
Profitability Index    =    PV. Proceed
                                                      PV.outlay
    
Jika PI > 1, investasi diterima
Jika PI < 1, investasi ditolak


2.7  Perbandingan Antara Metode NPV dan IRR

Secara matematis, metode NPV, IRR, dan PI selalu memberikan rekomendasi yang sama untuk menerima atau menolak proyek-proyek yang independent (bukan mutually exclusive). Dua proyek disebut independent jika keputusan terima / tolak proyek satu tidak mempengaruhi keputusan terima/tolak proyek lainnya.
JIka suatu proyek memiliki NPV = 0, maka IRR = biaya modal dan PI = 1. Oleh karena itu, jika NPV IRR biaya modal dan PI 1.
Contoh :
Tahun Perkiraan Arus kas Proyek “X”
0 (1.000.000,-)
1 500.000,-
2 400.000,-
3 300.000,-
4 100.000,-

Biaya modal proyek adalah 10 %
NPV proyek = 79.820
IRR proyek = 14,5 %
PI proyek = 1,079
Menurut ke 3 metode tersebut, proyek harus diterima karena : NPV positif, IRR lebih besar dari biaya modal proyek dan PI lebih besar dari 1.



2.8                         Penilaian Investasi dengan Umur (Usia) Ekonomis Berbeda

Ø         Untuk memilih usulan investasi yang memiliki umur ekonomis berbeda dapat dilakukan dengan dua pendekatan: Chain method atau Replacement method dan Equivalent annual cost.
Ø         Langkah-langkah chain method:        
1. Mencari angka kelipatan persekutuan terkecil yang dapat dibagi oleh kedua umur usulan investasi.
2. Menghitung present value biaya dari masing-masing usulan investasi
Ø         Langkah-langkah equivalent annual cost :     
            1. Menghitung present value dari biaya usulan investasi dengan discount rate tertentu.
            2. Mencari annuity factor dari discounted rate yang digunakan untuk menghitung present             value investasi yang bersangkutan. 
3. Membagi present value masing-masing usulan investasi (poin 1) dengan (poin 2).
4. Usulan investasi yang memiliki biaya ekuivalen tahunan terkecil merupakan usulan yang dipilih.

Pengaruh Inflasi pd Capital Budgeting
Apabila laju inflasi cukup signifikan, maka perlu diperimbangkan dalam keputusan capital budgeting.
Ada dua komponen yang terpengaruh oleh inflasi, yaitu aliran kas masuk dan tingkat penghasilan (rate of return) atau cost of capital yang diinginkan. Oleh karena itu kedua komponen tersebut perlu disesuaikan. Pedoman penyesuaiannya adalah sbb:
1. Kalikan indeks harga dengan aliran kas yang diukur berdasarkan nilai rupiah riil untuk mendapatkan arus kas dengan nilai nominal. 
2. Hitung tingkat penghasilan nominal :
(1 + tingkat inflasi ) ( 1 + tingkat penghasilan ) – 1


2.9                        Biaya modal dan inflasi
            Dalam akhir artikel mereka, Bailey dan Jensen menyatakan, “Hal ini telah diargumentasikan bahwa tingkat suku bunga pasar menambah pengaruh tingkat harga dan bahwa tingkat akan menjadi unik (menekankan mereka). Tapi ini jauh dari jelas bahwa masih ada teknik yang menyediakan pengukuran unik dari tingkat tersebut. Dalam beberapa kasus, malakah ini tidak mensyaratkan resolusi atas isu-isu ini. Hal ini hanya menyatakan bahwa keberadaan perubahan tingkat harga umum mempengaruhi evaluasi proposal investasi.” [1, h al. 30-31].
            Pernyataan ini sendiri tidak biasa, karena argumen mengenai tingkat suku bunga nominal dan oleh sebab itu biaya modal nominal mengandung ketentuan inflasi  premium Fisher Effect dan secara umum diterima. Sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Van Horne, arus kas nominal harus diperlakukan dengan biaya modal nominal atau bias lain yang diperkenalkan dalam prosedur. Ketika tingkat diskon adalah determinan umum dari keputusan investasi, ini menghubungkan inflasi lebih dari sekedar melalui suku bunga dalam menentukan keseluruhan pengaruh inflasi terhadap belanja modal.
            Hubungan spesifik antara inflasi dan biaya modal masih dalam proses yang ditetapkan secara tegas dan dalam ketiadaan model penuh untuk menjelaskan hubungan ini, maka dalam bagian makalah ini akan memfokuskan pada hubungan antara perubahan inflasi dan perubahan yang berikutnya dalam tingkat suku bunga. Secara khusus kita akan menyepakati perbedaan antara tingkat suku bunga riil dan nominal, hubungan antara inflasi dan pergerakan tingkat suku bunga serta hubungan antara tingkat suku bunga dan biaya modal.
            Dalam dunia non inflasioner, dana pinjaman dengan tingkat suku bunga pengembalian pada tingkat yang setara untuk tingkat suku bunga ditetapkan dan  nominal. Jika inflasi diperkenalkan dalam sistem, pengembalian sebagaimana yang ditetapkan secara nomminal akan berbeda dari pengembalian riil, ketika arus kas masa yang akan datang memiliki daya beli lebih rendah. Ini bisa diperdebatkan apakah tingkat suku bunga akan naik dengan cepat atau tidak dalam jumlah tertentu dari penggantian kerugian inflasi, dan argumen pada setiap sisi telah disimpulkan oleh Bernstein [2], tapi apakah ini jelas bahwa pengenalan inflasi menempatkan tekanan ke atas pada tingkat suku bunga. Alasan ini adalah bahwa (1) peminjam akan meningkatkan permintaan mereka atas dana selama inflasi untuk memberikan biaya transaksi yang lebih tinggi dan untuk memindahkan dari aktiva finansial menjadi aktiva non finansial sebagai penghambat terhadap inflasi, dan (2) kebijakan pihak berwenang akan bergerak untuk mengurangi tingkat pertumbuhan pasokan dana ketika inflasi melawan alat kebijakan.
Perbedaan antara tingkat nominal dan tingkat riil dinamakan dengan ‘inflasi premium’ dan banyak teks saat ini menyatakan premium sebagai tambahan terhadap tingkat suku bunga riil [9, hal 76-77] seperti contoh berikut :
Persamaan 1
i = k + p
Dimana
i = tingkat suku bunga yang ditetapkan atau tingkat nominal
k = tingkat suku bunga riil
p = tingkat inflasi
Hubungan aktual adalah perkalian dan bukan penambahan. Hal dapat ditunjukkan jika kita mengambil arus kas dan inflasi pada periode ‘t’ yang sama di masa yang akan datang :
Persamaan 2
C* = C(1 + p)t
Dimana :
C* = arus kas nominal atau terinflasi
t = periode waktu relatif pada tahun dasar
dan kemudian hitung C* nilai saat ini dengan menggunakan tingkat suku bunga nominal dari persamaan (1), kami telah menyusunnya menjadi :
Persamaan 3
PV = C*/(1 + p)t
Kita dapat menyempurnakan pengaruh yang sama dengan mendeflasi C* melalui indeks harga dan kemudian potong dengan menggunakan tingkat suku bunga riil : sehingga menjadi :
Persamaan 4
PV = (C*/(1 + p)t/(1 + k) t
Ketika persamaan (3) dan (4) diselesaikan dengan hasil sama, mereka dapat ditetapkan setara satu sama lain, sehingga :
Persamaan 5
C*/(1 + p)t C*
(1 + k)         (1+ i)t
Sehingga menghasilkan :
Persamaan 6
(1 + p)t(1 + k)t =(1 + i)t
            Demikian hubungan perkaliant ersebut. Rumus penambahan adalah perkiraan pertama yang masuk akal, tapi tidak harhus digunakan dalam kasus anggaran modal yang sesungguhnya karena hal ini akan menimbulkan bias ke atas.
            Hubungan antara tingkat suku bunga dan inflasi dalam dunia nyata adalah lebih sulit untuk dijelaskan dibandingkan dengan hubungan teoritis seperti yang dijelaskan diatas. Pengalaman menunjukan bahwa penurunan beberapa seri tingkat suku bunga selama beberapa saat dengan beberapa indeks harga populer tidak memberikan hasil tingkat suku bunga riil yang relatif konstan. Bagaimanapun juga, hal ini seharusnya diterjemahkan sebagaimana yang dikatakan pada kita bahwa tingkat suku bunga saat ini disesuaikan secara memadai untuk tingkat inflasi aktual, tapi hanya akan mengandung beberapa tingkat inflasi yang diharapkan. Lebih jauh lagi, kemampuan peramalan secara akurat atas tingkat inflasi sangat jarang.
            Sebagaimana dapat kita lihat dari tabel 1, seseorang dapat berharap untuk menghitung tingkat suku bunga riil pada basis ex post dengan mengurangi tingkat suku bunga nominal dengan indeks harga. Bagaimanapun juga, hal ini tidak berarti bahwa seseorang tidak dapat menggunakan tingkat suku bunga saat ini sebagai ex ante ukuran tingkat riil ditambah tingkat inflasi yang diharapkan. Analisis ex post akan gagal karena tingkat inflasi saat ini tidak diperlukan tingkat masa depan yang diharapkan dan karena kebijakan moneter bisa mengubah tingkat suku bunga dengan baik untuk periode waktu pendek.
            Teori ekonomi yang diterima secara umum mendukung kesimpulan bahwa tingkat suku bunga seharusnya bergerak dalam arah yang sama seperti tingkat inflasi yang diharapkan. Suatu pendekatan teori kuantitas murni akan berargumen untuk pergerakan yang hampir-hampir tepat. Dalam teori dana yang bisa dipinjam, permintaan uang seharusnya meningkat karena (1) permintaan transaksi meningkat dan (2) permintaan tindakan pencegahan meningkat sementara pasokan dana yang bisa dipinjamkan akan turun ketika unit belanja surplus dikurangi keseimbangan yang berlebihan. Kedua tindakan ini akan memaksa naiknya biaya uang.
            Dalam teori preferensi likuiditas, permintaan untuk dana akan meningkat demi alasan diatas, dan untuk alasan dimana investor akan berharap suatu kegagalan dalam harga obligasi sebagai akibat dari inflasi dan cendering akan menginginkan untuk mempertahankan keseimbangan uang. Kemuian tori akan memprediksi naiknya tingkat suku bunga ketika harapan inflasi yang lebih tinggi terjadi. Pada beberapa jenis pendekatan teori harapan, tingkat suku bunga seharusnya naik dengan naiknya tingkat inflasi yang diharapkan.
            Bukti empiris dengan memperhatikan apakah ada atau tidaknya tingkat suku bunga yang mencerminkan harapan secara sempurna inflasi adalah kuat tapi juga kontroversial. Fama mendemonstrasikan bahwa tingkat syarat jangka pendek secara akurat mencerminkan harapan tingkat inflasi di masa yang akan datang [7], tapi metodologi dan kesimpulannya telah diperdebatkan dengan beberapa bantahan [5,8,13]. Cagan dan Goldofi telah mencapai hasil yang sama untuk tingkat jangka panjang [4]. Walaupun mereka berargumentasi bahwa hasilnya mungkin tidak dapat dipakai pada tingkat syarat jangka pendek.
            Akhirnya, pertanyaan muncul karena pergerakan biaya modal ketika terjadi inflasi. Kami telah menunjukkan bahwa masuk akal untuk mengharapkan bahwa tingkat suku bunga akan naik ketika ada harapan inflasi yang lebih tinggi, tapi nampaknya ada sedikit bukti atas pengukuran biaya modal dalam harapan inflasioner. Ini bisa dipahami, memberikan kesulitan dalam pengukuran biaya modal dalam arti statis.
            Asumsi kami dalam analisis berikut adalah bahwa biaya modal pada basis ex ante naik dengan proporsi sama seperti tingkat inflasi yang diharapkan; yaitu, mekanisme sama yang menyebabkan tingkat suku bunga naik selama inflasi juga akan menyebabkan biaya modal naik. Lebih jauh lagi, mereka yang menyediakan modal ekuitas kemungkinan besar untuk berperilaku sama seperti mereka yang menyediakan modal hutang.
            Fenomena jangka pendek bisa mencegah biaya modal dari perilaku yang sama tepat dalam model ini. Satu tindakan bisnis untuk mengganti struktur modal, bergerak ke arah jumlah yang lebih besar dari hutang dan menurunlan biaya modal setelah pajak. Bagaimanapun juga, koreksi ini bukan jangka panjang dan dalam kasus meningkatnya biaya hutang seharusnya memiliki sedikit pengaruh pada pergerakan secara keseluruhan atas biaya modal dari kenaikan secara proporsional dengan inflasi yang diharapkan, tapi hal ini seharusnya tidak terlalu mencegah untuk asumsi jangka panjang dimana biaya modal naik ketika tingkat inflasi yang diharapkan naik.


BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan
                Penganggaran modal (Capital Budgeting) adalah proses kegiatan yang mencakup seluruh aktivitas perencanaan penggunaan dana dengan tujuan untuk memperoleh manfaat (benefit) pada waktu yang akan datang. Metode dalam penganggaran modal ini dapat membantu manajer untuk pengambilan keputusan seperti metode Payback periode, Net Present Value (NPV), Internal, Rates Of Return (IRR) dan Profitability Index. Pengagran modal memiliki kriteria dalam stiap metodenya dan dalam pengangaran modal dapat terpengaruh oleh keadaan ekonomi suatu negara seperti inflasi salahsatunya.




STUDI KELAYAKAN USAHA PENGANGGARAN MODAL PADA PEMBUKAAN CABANG BARU DEALER CHANEL MULTI WIJOYO MOTOR
ABSTRAK
Studi kelayakan usaha merupakan suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak layak usaha tersebut dijalankan.
Data dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini berupa besarnya investasi awal, estimasi pendapatan, estimasi biaya operasional dan taksiran rugi laba. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode Payback Periode (PP), Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI) dan Internal Rate of Return (IRR), yang di dalam perhitungannya dihasilkan PP sebesar 1 tahun 9 bulan, dimana periode pengembalian investasi ini lebih pendek dari periode yang diisyaratkan yakni selama 3 (tiga) tahun. NPV atau nilai bersih sekarang yang dihasilkan sebesar Rp 137.419.634,8 lebih besar dari nol atau bernilai positif dinilai sangat material mengingat nilai investasi yang digunakan hanya sebesar Rp 197.875.000,-. PI atau tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan sebanyak 1,7 kali yakni melebihi Rate of Return Investmen (ROI) sebesar 1. IRR atau tingkat pengembalian hasil intern yang dihasilkan sebesar 37,752%, lebih besar dari bunga modal yang digunakan yakni sebesar 6%. Hasil penilain investasi dari keempat metode tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa usaha yang diteliti ini layak untuk dijalankan.
Kata kunci : Studi Kelayakan Usaha, PP, NPV, PI, IRR_______________________________

PENDAHULUAN
Banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum berinvestasi, salah satunya adalah apakah investasi tersebut akan mempengaruhi perusahaan kearah yang positif atau sebaliknya. Selain itu, perlu dipertimbangkan juga berapa modal yang diinvestasikan dan apakah investasi itu mendatangkan laba atau tidak. Untuk mengetahui apakah investasi yang akan ditanamkan itu dapat direalisasikan atau tidak, maka diperlukan suatu analisa atau studi mengenai kelayakan usaha tersebut. Studi kelayakan bisnis atau studi kelayakan usaha dapat diartikan layak atau tidaknya suatu bisnis atau usaha untuk dilaksanakan. Layak (tidak layak) suatu bisnis adalah perkiraan bahwa bisnis atau usaha tersebut akan menghasilkan laba (tidak menghasilkan laba) sesuai dengan harapan.
Manfaat dari studi kelayakan usaha adalah untuk menghindari kerugian yang besar bila suatu usaha dilakukan oleh investor. Dengan menggunakan studi kelayakan usaha, maka dapat diketahui berapa lama investasi yang ditanamkan akan kembali dan berapa keuntungan yang didapatkan. Selain itu studi kelayakan usaha tidak hanya diterapkan untuk usaha yang relatif besar, pada usaha kecil menengahpun dapat diterapkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Kasmir dan Jakfar (2010 : 6) menyebutkan, Studi Kelayakan Bisnis (SKB) adalah “Suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan”.
Menurut Umar (2003 : 25), proses analisa setiap aspek saling berketerkaitan antara satu aspek dan aspek lainnya sehingga hasil analisis aspek-aspek tersebut menjadi terintergasi. Sebagai misal, ketika seorang peneliti tengah menganalisis aspek keuangan, hendaknya ia memanfaatkan hasil analisis aspek-aspek lain, walaupun tetap dimungkinkan mencari data yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhannya lasngsung dari lapangan. Aspek Pasar: Kutub pertama dari model lingkungan bisnis adalah aspek pasar. Pengkajian aspek-aspek penting dilakukan karena tidak ada proyek bisnis yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang atau jasa yang dihasilkan proyek tersebut. Pada dasarnya, analisis aspek pasar bertujuan antara lain untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan market-share dari produk bersangkutan. Aspek Pemasaran:Pemasaran adalah kegiatan perusahaan yang bertujuan menjual barang atau jasa yang diproduksi perusahaan ke pasar. Oleh karena itu, aspek ini bertanggung jawab dalam menentukan ciri-ciri pasar yang akan dipilih. Aspek Teknis dan Teknologi: Studi aspek teknis dan teknologi akan mengungkapkan kebutuhan apa yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan. Aspek Sumber Daya Manusia: Aspek sumber daya manusia merupakan aspek penting yang perlu dianalisis. Aspek SDM dibagi ke dalam dua bagian. Pertama:peran SDM dalam pembangunan proyek bisnis. Kedua: peran mereka dalam operasional rutin bisnis setelah selesai dibangun. Aspek Manajemen: Studi aspek manajemen dilaksanakan dua macam. Pertama: manajemen saat pembangunan proyek bisnis. Kedua: manajemen saat bisnis dioperasionalkan secara rutin. Aspek Keuangan: Dari sisi keuangan, proyek bisnis dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memnuhi kewajiban finansialnya. Aspek Persaingan dan Lingkungan Eksternal Lainnya: Aspek persaingan dan lingkungan eksternal lainnya, merupakan kondisi-kondisi di luar perusahaan yang bersifat dinamis dan tidak dapat dikendalikan.

Metode Penilaian Investasi

1.     1.      Metode Payback Period (PP)
Payback Period merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran suatu investasi dengan menggunakan aliran kas masuk neto (proceeds) yang diperoleh”. Martono dan Harjito (2010 : 141)

Rumus menghitung Payback Period (PP) menurut Kamir dan Jakfar (2010 : 98):

  • • Jika proceed yang dihasilkan tiap tahun sama :

Investasi
PP =                                                  x 1 tahun
Kas bersih / Tahun

Dimana kas bersih (proceed) = EAT + Depresiasi

  • • Jika proceed yang dihasilkan tiap tahun beda :
Investasi                      =           xxx
Proceed tahun ke-1     =          (xxx)
Sisa Investasi                           xxx
Proceed tahun ke- 2    =          (xxx)
Sisa Investasi                           xxx
Dan seterusnya sampai investasi tidak dapat dikurangi dengan proceed tahun selanjutnya, lalu :

Sisa Investasi
x 1 tahun
Proceed tahun selajutnya

Ketentuannya adalah :
Jika payback period > umur ekonomis, investasi ditolak
Jika payback period < umur ekonomis, investasi diterima

Menurut Sjahrial (2007 : 62), ada beberapa kelemahan yang terdapat pada metode Payback Period adalah :
1.     Tidak memperhatikan konsep nilai waktu dari uang, karena rupiah yang diterima tahun pertama dinilai sama dengan rupiah pada tahun selanjutnya.
2.     Tidak memperhatikan aliran kas bersih setelah periode pengembalian.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2010 : 99), untuk menilai apakah usaha layak diterima atau tidak dari segi PP, maka hasil perhitungan tersebut harus sebagai berikut :
-        PP sekarang lebih kecil dari umur ekonomisnya,
-        Dengan membandingkan rata-rata industri unit usaha sejenis,
-        Sesuai dengan target perusahaan.

1.     2.      Metode Net Present Value (NPV)
Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang.

Rumus menghitung Net Present Value (NPV) menurut Kamir dan Jakfar (2010 : 100), adalah sebagai berikut :

NPV = Kas bersih 1 + Kas bersih 2 +….+ Kas bersih N – Investasi
( 1 + r )            ( 1 + r )2                  ( 1 + r )n

Ketentuannya adalah :
Jika NPV (+), investasi diterima
Jika NPV (-), investasi ditolak

1.     3.      Metode Profitability Index (PI)
Profitability Index (PI) atau benefit and cost ratio (B/C Ratio) merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi”. Kasmir dan Jakfar (2010 : 105)

Rumus menghitung Profitability Index (PI) menurut Kamir dan Jakfar (2010 : 105), adalah sebagai berikut :

Σ PV. Kas Bersih
PI =                                      x 100%
Σ PV. Investasi

Ketentuannya adalah :
Jika PI > 1, investasi diterima
Jika PI < 1, investasi ditolak

1.     4.      Metode Internal Rate of Return (IRR)
Metode Internal Rate of Return (IRR) merupakan metode penilaian investasi untuk mencari tingkat bunga(discount rate) yang menyamakan nilai sekarang dari aliran kas neto (Present Value of Proceeds) dan investasi(Initial Outlays). Pada saat IRR tercapai, maka besarnya NPV sama dengan nol.

Rumus menghitung Net Present Value (NPV) menurut Kamir dan Jakfar (2010 : 102), adalah sebagai berikut :

NPV1
IRR = i1  +                                    x ( i2 – i1 )
NPV1 – NPV2

Keterangan :
i1                      = Tingkat bunga ke-1 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1)
i2                      = Tingkat bunga ke-2 (tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2)
NPV1               =          Net present value 1
NPV2               =          Net present value 2

Ketentuannya adalah :
Jika IRR > Tingkat bunga, investasi diterima
Jika IRR < Tingkat bunga, investasi ditolak

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan secara langsung terhadap objeknya, dengan mendatangi tempat usaha tersebut unuk mengetahui lokasi tempat usaha, kegiatan yang berjalan, dan mendapatkan data-data primer yang akurat.Wawancara dilakukan langsung dengan pemilik usaha untuk mendapatkan dan melengkapi data sekunder, serta informasi yang akurat tentang ruang lingkup kegiatan usaha Dealer Chanel Multi WIJOYO MOTOR. Data sekunder didapat langsung dari pemilik usaha, yaitu berupa data aspek non keuangan dan aspek keuangan. Data sekunder juga didapat dari media internet untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam penulisan, yaitu berupa data tingkat inflasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan tingkat suku bunga dari Bank Indonesia (BI).
Alat analisis yang digunakan:
Dalam memperhitungkan estimasi pendapatan, taksiran rugi laba, perhitungan proceeds, dan perhitungan penilaian investasi penulis menganalisis masalah dengan mendeskripsikannya menggunakan tabel.
Dalam penulisan ilmiah ini dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), dan Internal Rate of Return (IRR), dengan estimasi laba 3 (tiga) tahun ke depan periode awal tahun 2013 sampai akhir tahun 2015.


PEMBAHASAN
Perhitungan Penilaian Investasi
1.     a.      Payback Period (PP)
Payback Period dari investasi yang diusulkan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
Jumlah Investasi                                    Rp  197.875.000,-
Proceeds tahun ke-1                            ( Rp  100.048.746,5 )
Investasi yang belum tertutup
Setelah akhir tahun ke-1                       Rp    97.826.253,5
Karena sisa tidak dapat dikurangi proceed tahun ke-2, maka sisa proceed tahun ke-1 dibagi proceed tahun ke-2 :
PP        =          Rp   97.826.253,5   x 12 bulan
Rp 125.484.276,4
=          9,4
Jadi, investasi diperkirakan dapat kembali dalam kurun waktu 1 tahun 9 bulan.
Keputusan : Karena Payback Period (PI) lebih kecil dari umur ekonomis yang diisyaratkan maka investasi tersebut diterima.
1.     b.      Net Present Value (NPV)
NPV = 100.048.746,5 +  125.484.276,4  +   153.890.072,5 –  197.875.000
( 1 + 0,06 )          ( 1 + 0,06 )2              ( 1 + 0,06 )3
=  335.294.634,8 –  197.875.000
NPV =  137.419.634,8

Net Present Value (NPV) juga dapat dihitung dengan menggunakan table:
Tahun
E.A.T
Depresiasi
Kas Bersih
(Proceeds)
Discount Factor (DF) 6%
PV Kas Bersih
2013
   92.513.746,5
7.535.000
100.048.746,5
0,943
   94.345.967,95
2014
117.949.276,4
7.535.000
125.484.276,4
0,890
  111.681.006
2015
146.355.072,5
7.535.000
153.890.072,5
0,840
129.267.660,9
Total PV Kas Bersih
  335.294.634,8

Total PV kas bersih     =    Rp    335.294.634,8
Total PV Investasi      = (  Rp    197.875.000,-  )
NPV                            =    Rp    137.419.634,8
Keputusan : Hasil NPV adalah positif yaitu sebesar Rp 137.419.634,8 maka investasi diterima.
1.     c.       Profitability Index (PI)

PI        =          335.294.634,8    x 100%
                        197.875.000
PI        =         1,7

Keputusan :   Karena PI > 1 yakni sebesar 1,7 maka investasi tersebut dinilai menguntungkan sehingga investasi tersebut diterima.

1.     d.      Internal Rate of Return (IRR)
-        Mencari rata-rata kas bersih :
100.048.746,5+125.484.276,4+153.890.072,5 = 126.474.365,1
3
-        Memperkirakan besarnya PP, yaitu :
PP        =          197.875.000      =  1, 564
126.474.365,1
-        Dalam tabel A-2 (di Lampiran 3), tahun ke-3 diketahui discount factor yang terdekat dengan angka 1,564 adalah 1,609 sebesar 39%.
-        Secara subjektif tiap discount dikurangi 2% menjadi 37% sehingga NPV-nya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Perhitungan Net Present Value dengan DF 37%
Tahun
Kas Bersih
(Proceeds)
DF
37%
PV Kas Bersih
2013
2014
2015
100.048.746,5
125.484.276,4
153.890.072,5
0,730
0,533
0,389
73.035.584,95
66.883.119,32
59.863.238,2

Total PV Kas Bersih
   199.781.942,5

Nilai NPV positif, yaitu          =  199.781.942,5 – 197.875.000
=  1.906.942,5

Perhitungan Net Present Value dengan DF 38%
Tahun
Kas Bersih
(Proceeds)
DF
38%
PV Kas Bersih
2013
2014
2015
100.048.746,5
125.484.276,4
153.890.072,5
0,727
0,525
0,381
72.735.438,71
65.879.245,11
58.632.117,62

Total PV Kas Bersih
    197.246.801,4

Nilai NPV sudah negatif        =  197.246.801,4 – 197.875.000
=  – 628.198,6

Perhitungan Net Present Value dengan DF 37% dan 38%
Tahun
Kas Bersih
(Proceeds)
Bunga 37%
Bunga 38%
DF
37%
PV Kas Bersih
DF
38%
PV Kas Bersih
2013
2014
2015
100.048.746,5
125.484.276,4
153.890.072,5
0,730
0,533
0,389
73.035.584,95
66.883.119,32
59.863.238,2
0,727
0,525
0,381
72.735.438,71
65.879.245,11
58.632.117,62
Total PV Kas Bersih
Total PV Investasi
199.781.942,5 197.875.000

197.246.801,41197.875.000
NPV
C1
    1.906.942,5
C2
(      628.198,6  )

Interpolasi                  PVIFA                        PVIFA
37%                             199.781.942,5             199.781.942,5
Initial Investment                                            197.875.000   (-)
38%                             197.246.801,41 (-)
2.535.141,1                 1.906.942,5

NPV1
IRR     = i1  +                               x ( i2 – i1 )
NPV1 – NPV2
IRR     = 37 +     1.906.942,5       x 1%
2.535.141,1
IRR     = 37 + 0,752%
= 37,752%

Keputusan :
Karena IRR yang dihasilkan sebesar 37,752% lebih besar daripada tingkat bunga yang digunakan sebagai biaya modal sebear 6%, maka investasi diterima.

PENUTUP
Pembukaan cabang baru pada Dealer Chanel Multi WIJOYO MOTOR ini layak untuk dijalankan, karena modal yang ada dipergunakan untuk pembukaan cabang baru dinilai dapat memberikan keuntungan bagi penanam modal dilihat dari Net Present Value (NPV), Payback Period (PI), Profitability Indeks (PI), dan Internal Rate Of Return(IRR).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dengan menggunakan metode Net Present Value (NPV),Payback Period (PI), Profitability Indeks (PI), dan Internal Rate Of Return (IRR) maka penulis menyarankan agar pembukaan cabang baru Dealer Chanel Multi WIJOYO MOTOR tersebut dilanjutkan dengan memperhatikan aspek-aspek yang telah dibahas di bab 4, yakni aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen, aspek ekonomi dan sosial, dan aspek keuangan. Diharapkan pula kepada pemilik untuk lebih meningkatkan penjualannya dengan cara memperluas jaringan, memperbanyak karyawan freelance dan mediator.








1 komentar: